Training Pants Salah Satu Solusi Toilet Training Tanpa Najis
Ada 2 istilah dalam judul tersebut yaitu
training pants dan toilet training. Ada sebagian yang tidak asing dengan
istilah ini. Namun, ada juga yang
belum mengetahui. Dalam blog sebelumnya, saya sudah pernah membahas tentang
toilet training http://langitberlian.blogspot.co.id/2015/09/melatih-toilet-training-pada-anak.html.
Toilet Training (TT) begitu istilah populer untuk melatih si kecil buang air
kecil atau besar di kamar mandi. Beberapa anak menunjukkan keinginannya untuk
belajar BAB dan BAK di kamar mandi saat usia dua tahun. Ada juga anak yang
belum mau melakukannya meski usia mereka sudah 2,5 tahun atau lebih.
Training Pants (TP) adalah celana untuk melatih anak supaya bisa lepas dari clodi (cloth diapers)
sehingga diharapkan anak dapat merasakan nyaman kering dan tidak enaknya celana
dalam keadaan basah.
Saya tidak terlalu bergantung pada popok
sekali pakai (sebagai pengganti saya gunakan clodi) tetapi saya kadang
menggunakan pospak ketika bepergian atau keluar kota dalam jangka waktu lama.
Oleh karena itu, saya lebih banyak menggunakan clodi. Peralihan dari clodi ke
TP tidak terlampau sulit. TP seperti celana biasa.
Alasan
saya memilih TP adalah
a.
Memudahkan ibu karena kalau anak ternyata kebelet pipis dan tidak mampu menahan sebelum ke kamar
mandi, pipisnya akan tertampung sementara, tidak akan berserakan dan mengotori
rumah. Ini kan yang membahagiakan ibu-ibu, terutama saya, hehe..jadi mengurangi
repot karena membersihkan bekas pipis.
b.
Manfaatnya juga
bagi anak. Dia akan mulai merasa ketidaknyamanan karena pipis di celana, yang
membuat pantatnya basah. Lama-kelamaan dia akan sadar pipis di celana tidak
enak, lebih baik pipis di kamar mandi. Beda dengan anak yang selalu pakai
pampers, pantatnya selalu nyaman karena berasa kering meskipun ngompol.
Kalau bisa sediakan juga baby closet khusus
untuk anak. Tapi kalaupun tidak, tidak mengapa asalkan kita memegang anak yang
sambil duduk di toilet (dewasa) dengan baik.
c.
Ini yang saya sukai, tidak takut najis. Kalau anak langsung memakai
celana biasa, dan pipis tapi anak tidak bilang atau tidak ketahuan, maka bekas
pipis bisa lupa dibersihkan. Padahal air pipis anak merupakan najis.
Nah, dengan TP saya
tidak terlalu was-was mengecek, anak pipis di mana, terutama pada awal usia
anak 1 tahun dan sudah bisa jalan.
Tetapi, saya juga bisa
melihat anak pipis dari tanda celana basah tapi pipis tidak tercecer. Jika
pakai clodi tidak terlihat karena langsung diserap. Dan melatih anak untuk
memberi tanda jika ingin ke toilet.
d.
Mengurangi peluang bahaya, jika bolak-balik ngepel, takut anak
terpeleset.
Kekurangan TP adalah harganya lumayan seperti clodi
dan tak semurah celana biasa. TP berkisar 30-40 rb yang murah. Ada size S-XXL
dan tiap beratnya nambah, nambah juga ukurannya. Sekarang Ritza pakai yang XXL
dan punyai 18an TP dengan 2 merk K*odiz dan Cuddle M*, tetapi paling recomended
yang Klodi*. Itu yang merk local, ada merk yang popular digunakan Nissen,
Disney, Monril, Anpan Man.
Apa
tahapan toilet training? Ada di blog http://langitberlian.blogspot.co.id/2015/09/melatih-toilet-training-pada-anak.html. Bisa dibaca-baca lagi.
Kalau
ternyata belum lulus juga, apa yang dilakukan? Yups cek mungkin melakukan
hal-hal berikut.
Jika dari pengamatan Anda anak sudah siap melakukan toilet
training, hindari beberapa kesalahan yang umum dilakukan orangtua berikut ini,
seperti dipaparkan Baby Center:
1. Terlalu Dini
Sebaiknya jangan mengajari si kecil melakukan toilet training jika memang dia belum siap. Kalau anak diajari terlalu dini, kemungkinan proses belajar itu akan selesai lebih lama. Seperti sudah dijelaskan di atas, tidak ada yang tahu di usia berapa tepatnya anak mulai diajari BAB dan BAK di toilet, semuanya tergantung dari perkembangan anak. Namun sebagian besar balita memiliki kemampuan untuk mempelajari hal tersebut di usia 18 dan 24 bulan. Ada juga beberapa balita yang belum siap sampai usianya tiga atau empat tahun. Jadi sebenarnya orang tualah yang tahu kapan waktu paling tepat mengajari anak toilet training dengan mengamati perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya.
Ketika proses belajar toilet training ini sudah dimulai biasanya butuh waktu tiga bulan atau lebih lama. Oleh karena itu Anda harus banyak bersabar dan tetap mendukung anak melaluinya. Kalau ternyata proses belajar ini tidak sukses setelah beberapa minggu dijalankan, bisa jadi anak memang belum siap. Tunggu beberapa minggu dan coba lagi dari awal.
2. Memulai di Waktu yang Salah
Bukan ide yang baik jika Anda mulai mengajari anak untuk toilet training ketika ternyata dia akan memiliki adik dalam waktu dekat. Waktu lainnya yang tidak tepat misalnya ketika anak berganti pengasuh atau masa-masa peralihan lain dalam hidupnya.
Yang Anda harus selalu ingat, balita sangat perlu rutinitas agar dia bisa memahami apa yang sedang diajarkan padanya. Sehingga perubahan apapun yang tidak sejalan dengan kesehariannya atau rutinitasnya itu bisa jadi kemunduran untuknya. Jadi sebaiknya tunggu hingga situasi memungkinkan, misalnya ketika si bungsu sudah lahir atau baby sitter baru sudah datang, baru mulai mengajarinya toilet training.
3. Membuatnya Menjadi Beban
Ketika anak sudah menunjukkan ketertarikannya untuk buang air kecil atau besar di kamar mandi, itu tentu sangat baik. Namun sebaiknya Anda jangan terlalu mendorong atau menekannya untuk terus melakukan langkah tersebut. Hindari juga memaksa anak untuk belajar dengan cepat. Kalau anak tertekan, dia bisa jadi sulit BAB atau mengalami masalah lainnya.
Berikan anak waktu dan biarkan dia menjalani proses belajar tersebut sesuai kemampuannya. Anak akan belajar setahap demi setahap, misalnya awalnya dia sudah mau menunjukkan ekspresi berbeda ketika ingin BAB atau BAK, tahap berikutnya, anak mengungkapkan keinginannya, tahap lanjutan si kecil mengajak Anda ke kamar mandi, dan seterusnya.
4. Mengikuti Aturan Orang Lain
Melatih anak untuk BAB atau BAK di toilet butuh kesabaran dan waktu. Setiap minggunya juga bisa semakin sulit apalagi jika Anda mendengarkan omongan orang lain seperti ibu Anda, mertua, atau orang lain yang lebih senior dan merasa lebih tahu. Ketika mereka menasihati Anda agar mempercepat proses belajar toilet training atau memberitahukan agar anak segera diajari BAB atau BAK di kamar mandi, sebaiknya jangan terpengaruh. Seperti sudah dikatakan sebelumnya, jika ternyata anak belum siap, proses toilet training ini malah bisa berlangsung lebih lama.
5. Menghukum Anak
Menghukum atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau toilet training justru tak akan menyelesaikan masalah dan bisa membuatnya belajar. Pahamilah kalau penolakan anak ini wajar dan jika Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya semakin malas belajar BAB atau BAK di toilet. Anak malah akan takut jika dia berbuat kesalahan itu akan membuat Anda marah. Berikan respon dengan bijak dan tenang ketika anak misalnya lupa ke kamar mandi untuk BAK.
1. Terlalu Dini
Sebaiknya jangan mengajari si kecil melakukan toilet training jika memang dia belum siap. Kalau anak diajari terlalu dini, kemungkinan proses belajar itu akan selesai lebih lama. Seperti sudah dijelaskan di atas, tidak ada yang tahu di usia berapa tepatnya anak mulai diajari BAB dan BAK di toilet, semuanya tergantung dari perkembangan anak. Namun sebagian besar balita memiliki kemampuan untuk mempelajari hal tersebut di usia 18 dan 24 bulan. Ada juga beberapa balita yang belum siap sampai usianya tiga atau empat tahun. Jadi sebenarnya orang tualah yang tahu kapan waktu paling tepat mengajari anak toilet training dengan mengamati perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya.
Ketika proses belajar toilet training ini sudah dimulai biasanya butuh waktu tiga bulan atau lebih lama. Oleh karena itu Anda harus banyak bersabar dan tetap mendukung anak melaluinya. Kalau ternyata proses belajar ini tidak sukses setelah beberapa minggu dijalankan, bisa jadi anak memang belum siap. Tunggu beberapa minggu dan coba lagi dari awal.
2. Memulai di Waktu yang Salah
Bukan ide yang baik jika Anda mulai mengajari anak untuk toilet training ketika ternyata dia akan memiliki adik dalam waktu dekat. Waktu lainnya yang tidak tepat misalnya ketika anak berganti pengasuh atau masa-masa peralihan lain dalam hidupnya.
Yang Anda harus selalu ingat, balita sangat perlu rutinitas agar dia bisa memahami apa yang sedang diajarkan padanya. Sehingga perubahan apapun yang tidak sejalan dengan kesehariannya atau rutinitasnya itu bisa jadi kemunduran untuknya. Jadi sebaiknya tunggu hingga situasi memungkinkan, misalnya ketika si bungsu sudah lahir atau baby sitter baru sudah datang, baru mulai mengajarinya toilet training.
3. Membuatnya Menjadi Beban
Ketika anak sudah menunjukkan ketertarikannya untuk buang air kecil atau besar di kamar mandi, itu tentu sangat baik. Namun sebaiknya Anda jangan terlalu mendorong atau menekannya untuk terus melakukan langkah tersebut. Hindari juga memaksa anak untuk belajar dengan cepat. Kalau anak tertekan, dia bisa jadi sulit BAB atau mengalami masalah lainnya.
Berikan anak waktu dan biarkan dia menjalani proses belajar tersebut sesuai kemampuannya. Anak akan belajar setahap demi setahap, misalnya awalnya dia sudah mau menunjukkan ekspresi berbeda ketika ingin BAB atau BAK, tahap berikutnya, anak mengungkapkan keinginannya, tahap lanjutan si kecil mengajak Anda ke kamar mandi, dan seterusnya.
4. Mengikuti Aturan Orang Lain
Melatih anak untuk BAB atau BAK di toilet butuh kesabaran dan waktu. Setiap minggunya juga bisa semakin sulit apalagi jika Anda mendengarkan omongan orang lain seperti ibu Anda, mertua, atau orang lain yang lebih senior dan merasa lebih tahu. Ketika mereka menasihati Anda agar mempercepat proses belajar toilet training atau memberitahukan agar anak segera diajari BAB atau BAK di kamar mandi, sebaiknya jangan terpengaruh. Seperti sudah dikatakan sebelumnya, jika ternyata anak belum siap, proses toilet training ini malah bisa berlangsung lebih lama.
5. Menghukum Anak
Menghukum atau marah pada anak ketika dia tidak benar-benar mau toilet training justru tak akan menyelesaikan masalah dan bisa membuatnya belajar. Pahamilah kalau penolakan anak ini wajar dan jika Anda memberi hukuman hanya akan membuatnya semakin malas belajar BAB atau BAK di toilet. Anak malah akan takut jika dia berbuat kesalahan itu akan membuat Anda marah. Berikan respon dengan bijak dan tenang ketika anak misalnya lupa ke kamar mandi untuk BAK.
Semoga bermanfaat
Bojong sari, 14 Oktober 2016
Komentar
Posting Komentar