Saatnya Menghegemoni
Tanggal
1 Mei diperingati sebagai hari buruh sedunia. Berbicara soal buruh berbicara
mengenai perjuangan kelas dan hak2 buruh. Mengingatkan pada Marxisme, teringat
pula dengan Gramci dengan teori Hagemoni.
Teori hegemoni merupakan sebuah teori
politik paling penting abad XX. Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramci
(1891-1937). Antonio Gramci dapat dipandang sebagai pemikir politik terpenting
setelah Marx. Gagasannya yang cemerlang tentang hegemoni, yang banyak dipengaruhi
oleh filsafat hukum Hegel, dianggap merupakan landasan paradigma alternatif
terhadap teori Marxis tradisional mengenai paradigm
base-superstructure (basis-suprastruktur). Teori-teorinya muncul sebagai
kritik dan alternatif bagi pendekatan dan teori perubahan sosial sebelumnya
yang didominasi oleh determinisme kelas dan ekonomi Marxisme tradisional.
Hal yang membedakan teori hegemoni
Gramci dengan sebelumnya adalah:
1.
Menerapkan konsep lebih luas bagi
supremasi satu kelompok atau lebih atas lainnya dalam setiap hubungan sosial,
sedangkan pemakaian istilah sebelumnya hanya menunjuk pada relasi antara
proletariat dan kelompok lainnya.
2.
Mengkarakterisasikan hegemoni dalam
istilah “pengaruh kultural”, tidak hanya “kepemimpinan politik dalam sebuah
sistem aliansi” sebagaimana dipahami generasi Marxis terdahulu
Menurut
Gramci, agar yang dikuasai mematuhi penguasa, yang dikuasai tidak hanya harus
merasa mempunyai dan menginternalisasi nilai-nilai serta norma penguasa, lebih
dari itu mereka juga harus memberi persetujuan atas subordinasi mereka. Inilah
yang dimaksud Gramci dengan “hegemoni” atau menguasai dengan “kepemimpinan
moral dan intelektual” secara konsensual.
Gramsci beragumentasi bahwa kekuasaan
agar dapat abadi dan langgeng membutuhkan paling tidak dua perangkat kerja.
1.
Perangkat kerja yang mampu melakukan
tindak kekerasan yang bersifat memaksa atau dengan kata lain kekuasaan
membutuhkan perangkat kerja yang bernuansa law
enforcemant. Perangkat kerja yang pertama ini
biasanya dilakukan oleh pranata Negara (state) melalui lembaga-lembaga seperti
hukum, militer, polisi dan bahkan penjara.
2.
Perangkat kerja yang mampu membujuk masyarakat beserta
pranata-pranata untuk taat pada mereka yang berkuasa melalui kehidupan
beragama, pendidikan, kesenian dan bahkan juga keluarga. Perangkat kerja ini biasanya
dilakukan oleh pranata masyarakat sipil (civil
society) melalui lembaga-lembaga masyarakat
seperti LSM, organisasi sosial dan keagamaan, paguyuban-paguyuban.
Negara adalah aparatur koersif
pemerintah sekaligus aparatur hegemoni institusi swasta. Kelebihan konsepsi
Gramsci tentang negara integral adalah karena konsepsi itu memungkinkan dirinya
memandang hegemoni dalam batasan dialektik yang meliputi masyarakat sipil atau
masyarakat politik. Supermasi kelompok (penguasa) atau kelas sosial tampil dalam
dua cara yaitu dominasi atau penindasan dan kepemimpinan intelektual dan moral.
Tipe kepemimpinan yang terakhir inilah yang merupakan hegemoni. Dengan demikian,
kekuasaan hegemoni lebih merupakan kekuasaan melalui “persetujuan” (konsensus),
yang mencakup beberapa jenis penerimaan intelektual atau emosional atas tatanan
sosial politik yang ada.
Hegemoni adalah sebuah rantai
kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus (consenso)
daripada melalui penindasan terhadap kelas sosial lain. Ada berbagai cara yang
dipakai, misalnya melalui yang ada di masyarakat yang menentukan secara
langsung atau tidak langsung struktur-struktur kognitif dari masyarakat iu.
Itulah sebabnya hegemoni pada hakikatnya adalah upaya untuk menggiring orang
agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan. Dalam
konteks tersebut, Gramsci lebih menekankan pada aspek cultural (ideologis).
Melalui produk-produknya, hegemoni menjadi satu-satunya penentu dari sesuatu
yang dipandang benar baik secara moral maupun intelektual.
Hal itu pula yang dapat dimaknai alasan
beberapa pihak menguasai media, misalnya politikus mempunyai salah satu
televisi. Tentu saja akan dengan mudah sebagai sarana menghegemoni masyarakat
agar sesuai dengan yang diinginkan. Masyarakat akan mudah digiring pada opini
seragam dengan adanya media. Bahkan beberapa politisi juga memanfaatkan novel
yang secara tidak langsung seperti biografi sebagai sarana merebut simpatisan
massa jelang pemilu. Hal tersebut seringkali tidak disadari secara langsung
oleh masyakarat bahwa mereka sedang dipengaruhi dan digiring pada satu opini.
Tekanan lain yang sering kali tidak
disadari yaitu adanya budaya korea. Beberapa stasiun televisi senantiasa concern menampilkan boyband/girlband ala
Korea. Mendadak pemandangan apapun dari rambut sampai ujung kaki berkiblat pada
Korea. Pencinta korea umumnya berasal dari kalangan remaja/ABG walaupun tidak
terbuka kemungkinan ibu-ibu juga menyukainya. Dampak positifnya adalah
meningkatkan keinginan masyakat Indonesia untuk belajar bahasa Korea. Tetapi
yang paling terlihat adalah dari sudut ekonomi. Produk2 Korea mengalir deras ke
Indonesia, dan lagi2 Indonesia sebagai konsumen yang pasrah menikmati gempuran
produk Korea. Indonesia menjadi pasar empuk bagi produk2 negara lain. Sebagai
contoh, ketika batik ditetapkan sebagai warisan budaya dari Unesco. Cina
selangkah lebih maju daripada Indonesia, sebagai Negara asal batik. Cina pandai
membaca peluang, mereka tahu bahwa dampak dari ditetapkannya batik sebagai warisan
budaya dunia maka orang di segala penjuru akan lebih sering menggunakan batik.
Hal ini yang dimanfaatkan Cina untuk memproduksi batik cap dengan mesin2 yang
canggih dan efisien sehingga menghasilkan produk yang lebih murah.
Ada tiga tingkatan yang dikemukakan
oleh Gramsci, yaitu hegemoni
total (integral), hegemoni yang merosot (decadent) dan hegemoni yang minimum. Dalam konteks ini dapat
dirumuskan bahwa konsep hegemoni merujuk pada pengertian tentang situasi sosial
politik. Dalam terminologinya “momen” filsafat dan praktik sosial masyarakat
menyatu dalam keadaan seimbang, dominasi merupakan lembaga dan manifestasi
perorangan. Pengaruh “roh” ini membentuk moralitas, adat, religi,
prinsip-prinsip politik, dan semua relasi sosial, terutama dari intelektual dan
hal-hal yang menunjuk pada moral.
Konsep hegemoni terkait dengan tiga
bidang, yaitu ekonomi (economic), Negara
(state), dan rakyat (civil society). Jadi, hegemoni satu
kelompok atas kelompok-kelompok lainnya dalam pengertian Gramscian bukanlah
sesuatu yang dipaksakan. Hegemoni itu harus diraih melalui upaya-upaya politis,
kultural dan intelektual guna menciptakan pandangan dunia bersama bagi seluruh
masyarakat. Teori politik Gramsci penjelasan bagaimana ide-ide atau ideologi
menjadi sebuah instrumen dominasi yang memberikan pada kelompok penguasa
legitimasi untuk berkuasa.
Dari bidang pendidikan adanya standar
kelulusan pada tiap jenjang dan adanya label2 sekolah misal Sekolah Berstandar
Internasional dan ISO maka hal tersebut secara tidak langsung merupakan
tekanan. Tekanan itu berhasil mempengaruhi kinerja kepala sekolah, guru, dan
siswa. Tujuannya agar meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun sepertinya
tidak adil 3 tahun bersekolah hanya ditentukan oleh 3 hari. Begitu pula dalam
kehidupan sehari2, sebagai seorang wanita calon ibu, adakalanya kita perlu
menghegemoni keluarga untuk hidup yang lebih baik bagi keluarganya. Kita tidak
perlu memaksa, melakukan hal2 kasar kepada anak2 kita. Sekarang ini cara preman
sudah tidak efektif lagi, selain karena banyak kerugian tetapi juga tidak
mendidik. Kita bisa menggunakan upaya2 intelektual, religi dan cultural untuk
membentuk anak2 bangsa yang sehat, kuat dan cerdas.
Oleh karena itu, saatnya kita
menghegemoni, bukan “korban” dari hagemoni.
(dari berbagai sumber)
Komentar
Posting Komentar