Surat Terakhir
Surat Terakhir
Puisi ini, mas…
Adalah surat terakhir untukmu
Bila ada waktu bacalah
Sekedar mengingat kenangan
Harumnya masih beraroma sama
Tak perlu ada tangis,
Karena waktu masih sama
Perjalanan baru lepas pekarangan
Ada kuncup bunga seruni akan menyelimuti dari gigil hujan
Sayap-sayap mata angin akan memberimu arah baru
Tempat embun dan mawar bercerita
Tentang sejarah bebunga layu di taman hatiku
Lalu, bila nanti angin utara menyapamu
Derai rumputan menjadi saksi bisu
Ceritakan pada dedaunan tentang aku
Lalu biarkan menjadi masa lalu
Tanpa titik debu
Mas…
Kalau di penghujung musim ini aku lupa menulis puisi
Sementara di beranda dengan khidmat kau menyulam sunyi
Menanti kabar elang membawa surat rahasia
Maka inilah doa penghabisan setelah airmata runtuh di dadaku
Mas…
Ilalang yang melambai waktu itu..
Adalah tarianmu yang tak bosan kuterjemahkan pada bahasa rindu
Rinduku pada senandung gemuruh hujan
Ketika daun hatimu menguning berhenti mengucap salam
Aku telungkup di bawah dadamu yang bidang
Melahirkan gemetar karang dalam dekapan bulan februari
Aku mengeja aksana cinta di keningmu dengan huruf-huruf mutiara
Yang tak kuselam oleh pusaran ruang dan waktu
Tapi kali ini mas…
Kobaran matahari yang kupendam dalam dada
Menggeliat karena luka
Tengadah pada musim yang buta
Serta seikat bunga melati di bibir pantai
Menjadi cerita gelombang yang tak punah
Oleh waktu yang semakin garam
Februari 2012
Sound like broken heart poem. But, you should read my bestfriend poem.
BalasHapus