Pesona Weton
Bu, badanku tak
enak, sepertinya saya mau sakit, ya semoga besok dah sembuh biar bisa masuk
kantor, “kataku sewaktu budeku menelepon. Aku terbiasa memangilnya dengan
“ibu”.
“Engga de, besok
wetonmu, Insya Allah sehat koq”, kata beliau.
“Apa
hubungannya?”, tanyaku karena menurutku tak ada hubungannya antara weton dan
kesehatan. Ibu menjawab dengan ilmu
titen (mengamati). Kata beliau, ketika orang pada saat wetonnya cenderung kuat,
kekuatan mempengaruhi lebih besar, lebih berkarisma, lebih cantik dan lain-lain.
Oleh karena itu, ada tradisi ketika weton dianjurkan untuk puasa. Ah,sepertinya
tidak ada tuntunan di agama yang kita anut.hehhehe. Jiwa pembangkangku kembali
muncul.
Ibu hanya bisa
menengahi dan memberi info, mengenai keyakinan atau kepercayaan ibu tidak mau
mempengaruhi, karena beranggapan kita sudah dewasa dan anak-anak zaman sekarang
lebih pintar.
Hari yang
disebut wetonku pun tiba, aku sama sekali tak sakit, seakan-akan segala letih
dan pegal-pegal hilang. Aku terus meyakinkan diri bahwa tidak ada hubungannya
dengan weton. Aku percaya Allah lah yang telah melakukan ini. Mungkin ini juga berkat doa yang ibu dan
kupanjatkan agar senantiasa diberi kesehatan. Aku takut mendekati syirik.
Bahaya syirik sangat berbahaya sampai diibaratkan semut hitam di atas batu
hitam. Itu perlambang bahwa syirik itu sangat samar dan kadang tidak kita
sadari. Astaghfirullah semoga kita semua dijauhkan dari itu.
Budaya Jawa
memang dekat sekali dengan weton. Weton merupakan gabungan
dari tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, dll.) dengan lima hari pasaran
Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Perputaran ini berulang setiap 35
(7 x 5) hari. Weton diambil dari hari kelahiran. Weton ini merupakan
arti dari suatu peristiwa, mempengaruhi karakter seseorang yang lahir di hari
tertentu. Bahkan orang yang meninggal, kadang juga mendekati weton. Weton juga
digunakan untuk menghitung tanggal upacara pernikahan, pendirian rumah,
pembersihan senjata dan momen penting lainnya. Begitu menurut penjelasan ibuku.
Yang lucu, dulu
kami punya kucing yang bernama boing, jukli dan bonis. Nama mereka ternyata
diambil dari weton mereka bong:reBO paHING, jukli :JUmat KLIwon, dan bonis:
reBO maNIS/legi. Bonis itu kucing kesayanganku. Dia pergi meninggalkan rumah
ketika aku piknik ke Jakarta ke rumah saudara mamah.
Cilangkap, Medio Mei 2012
Komentar
Posting Komentar