Mudik Yuk Mudik
Mudik
berarti kembali ke udik (desa atau dusun). Fenomena mudik ini marak terjadi
ketika menjelang hari raya Idul Fitri atau Lebaran. Masyarakat yang bekerja di
perkotaan pulang kampung ke tanah kelahiran di desa. Fenomena itu terjadi seiring pembangunan kota
dan desa yang sangat berbeda. Kota dianggap menjanjikan karena pendapatan lebih
tinggi, fasilitas lebih lengkap dan dianggap lebih prestise.
Mereka
yang mudik identik dengan pamer kesuksesan di kota, membawa harta benda dari
kota. Padahal tak jarang dari mereka yang membawa mobil, masih rental, atau
yang membawa barang-barang itu pinjaman atau membeli dengan berhutang. Intinya
mereka banyak yang memamerkan kekayaan semu karena lebih mementingkan gengsi.
Bukankah, dalam ajaran yang kita yakini Allah tidak menyukai hal yang sifatnya
pamer dan berlebihan.
Sesungguhnya
mudik justru sebagai sebuah momentum mengingatkan manusia bahwa suatu saat
kembali ke asal menghadap yang khalik dan harus siap mempertanggungjawabkan
seluruh hidup dihadapanNya. Kembali mengingat apakah tujuan kita pergi
meninggalkan desa dalam hal ini simbol kestabilan sudah sesuai? Sebagai contoh:
ketika kita meninggalkan desa tempat kita dilahirkan pergi ke kota untuk
bersekolah, mencari ilmu, dan memperoleh fasilitas pendidikan sudah sesuai
dengan tujuan kita. Atau malah kita putus di tengah jalan. Tentu kita sering
melihat, fenomena ketika orang ingin mencari pekerjaan di kota tanpa
keterampilan justru ketika di kota menjadi gelandangan/pemulung, sementara
lahan di desa dibiarkan terbengkalai. Iming-iming kehidupan yang lebih baik di
kota membuat sebagian penduduk desa tergiur.
Apapun
itu, lebih baik koreksi diri agar ke depan kita lebih baik lagi. Mungkin inilah
yang tidak dipunyai oleh orang-orang yang tidak mudik, sebuah rasa kerinduan,
haru biru karena berkumpul, kebahagian yang double,
bahagia karena berhasil memanfaatkan momen ramadhan dengan baik menuju
kemenangan, ditambah lagi dengan berkumpul melepas rindu.
Alhamdulillah,
Allah maha baik, selalu ada rezeki untuk mudik, bertemu dengan handai taulan.
Aku selalu mengatur keuangan agar ada pos lebaran untuk perjalanan pulang
pergi, membeli oleh-oleh dan memberi uang untuk keluarga sehingga jika lebaran
tiba, hal itu tidak semakin berat. Banyak orang yang justru memaksakan hal-hal
yang tidak baik demi bisa mudik, tipu-menipu, jambret, copet, dll .Naudzubillah
himindzalik.
Semoga kita bisa
memanfaatkan mudik sebagai mudik spiritual. Amin
Bekasi, 7 Agustus
2013
Komentar
Posting Komentar