Hidup Memang Harus Disyukuri
Fabiayi A’la Irobikuma Thukadziban
Nikmat Tuhanmu yang mana engkau dustakan…
Surat Ar Rahman yang beberapa bulan ini (setelah hamil) rutin aku baca.
Hal yang sama yang pernah ibu lakukan untuk kami, anak-anaknya, agar dengan
harapan kelak ketika tanganku tak bisa menyentuh, tak bisa memeluk karena
berpisahnya ruang dan waktu, anak-anakku bisa mendapatkan limpahan curahan
kasih sayang dari mana saja. Dan saat ini aku rasakan, betapa banyak orang yang
sayang terhadapku meski aku telah piatu sejak masih merah. Aku yang merasakan
fadilah surat Ar Rahman, berusaha mengimplementasikan.
Dari awal pertemuan kami (aku dan suami) itu pun sebuah keberkahan. Aku
akhirnya disatukan oleh Allah dengan diterimanya aku menjadi abdi negara
mengungguli banyak orang yang menginginkan posisiku. Hal yang tak jauh berbeda dengan suami, dia
harus mengungguli 2000 orang hanya untuk mengisi 1 formasi saja. Kalau dipikir
pakai logika susah, tapi Alhamdulillah ternyata berhasil juga.
Teringat perjuanganku sewaktu ingin masuk salah satu perguruan tinggi
negeri harus lebih unggul dari 40 orang saja. Kakakku yang terus menggembleng
untuk belajar dan belajar. Katanya, 40 orang itu bisa jadi lebih unggul dari
kamu, jadi harus punya strategi dan doa.Alhamdulillah ternyata berhasil juga
masuk PTN bahkan di dua PTN, dengan jalur berbeda.
“Selalu ada pilihan jika kita mau berusaha”, itu pesan suami. Kalau usaha
qt pas-pasan yang kemungkinan jawabannya adalah “ya ga da pilihan lain jadi ya
ambil aja”. Seperti mau masuk PTN aku mendapat 2 pilihan, ketika mau masuk
menjadi abdi negara aku mendapat 3 pilihan. Begitu juga dengan suami, ketika
masuk kuliah dia mendapat 2 pilihan: UGM dan ITB. Kemudian ketika menjadi abdi
negara mendapat 4 pilihan.
Ketika akan menikah, aku lebih pusing lagi karena ternyata aku lebih
banyak pilihan heheheh. Segalanya betul-betul terwujud seeprti mukjizat dan
wajib disyukuri. Ketika di lain pihak, kita melihat ada suami istri yang
dipisahkan oleh ruang dan waktu bahkan dunia. Bersyukur, aku masih berada dalam
dunia yang sama, masih bisa memeluk tiap hari alias nyanding bojo. Ketika di lain pihak, ada wanita yang begitu ingin berkarier tetapi dilarang suami.
Alhamdulillah, aku mendapatkan suami yang mau mengizinkan istrinya bekerja
bahkan aku masih diizinkan pula untuk mengajar, asal jangan sampai kecapean.
Suami juga bersyukur karena seakan memiliki istri yang menjadi ibu rumah
tangga, pagi hari ketika ingin berangkat kerja, sang istri masih cantik
menggunakan baju rumah, ketika suami pulang, istri sudah siap cantik dengan
baju rumah, lantas apa bedanya, seperti beristri ibu rumah tangga kan. Hehhe
Aku juga merasa bersyukur, ketika kami belum mendapatkan asisten rumah
tangga, kami mengerjakan segala sesuatu secara berjamaah. Kadang suami ikut
mengambil peran menjadi istri dengan mau memasak, mencuci baju, piring,
mengepel. Ternyata, tidak semua suami mau seperti itu, ada juga suami yang
menganggap bahwa hal seperti itu murni urusan istri. Poin plus untuk suamiku,
aku selalu bersyukur. Begitu juga suami sering bercerita, tidak semua istri
memasakkan air hangat untuk suami, memasangkan baju atau memakaikan kaos kaki
untuk suami. Buatku, justru kebanggaan bisa melayani suami. Semoga kemesraan
yang kita bangun bisa terus lestari, begitulah doa kami.
Suami sayang kepada istri, tetapi ketika hamil maka suami akan sangat
menyayangi istri. Seperti yang kurasakan. Dulu terkadang aku bilang dulu atau
minta dulu kalau minta dipijitin tetapi sekarang belum minta sudah rutin
ngajiin ade, ngelus-ngelus perut dan mijitin simbokne.
Ketika suami dinas ke luar kota, tak henti dia memantau,apakah si bumil
sudah makan, dan kalau pulang membelikan oleh-oleh. Seperti kemarin, ketika dia
dinas ke Bandung, dia pulang membawa segepok baju n celana bumil. Padahal,
seandainya tidak pun tak mengapa, karena pekerjaan yang banyak, lagipula dia
laki-laki, dan tidak terlalu tahu daerah sana. Alhamdulillah, puji syukur
ternyata suami tidak malu untuk berbelanja, bahkan sampai urusan
krentil-krentil wanita. Ketika aku mengucap “terima kasih ya tampan”. Dia
selalu mengatakan “iya sudah kewajibanku syg”.Ternyata tidak semua suami
melakukan hal ini, ada yang cuek saja.
Rasa syukur yang tiada henti adalah Alhamdulillah ketika hamil tidak
mengalami mual yang berarti atau nyidam yang aneh-aneh. Sewajarnya. Ternyata
tidak semua bumil mengalami ini, mamah cerita dulu hamil (dari anak
pertama-ketiga) tidak bisa mencium bau nasi, mual sepanjang hari, mencium bau
bakso, sehingga nyaris 9 bulan hanya bedrest. Lain lagi cerita dari teman
kantor, katanya ada yang selama 9 bulan tidak mau terkena matahari, kalau
terkena matahari akan mual dahsyat. Alhamdulillah..begitu banyak nikmat yang
aku rasakan.
Bahkan suami kadang menanyakan, “De, kamu pengen apa?”. Aku jawab “Ga
pengen apa-apa, mas belikan apa saja Insya Allah aku makan”. Subhanalloh…semoga
selalu sehat ya de, diberikan bentuk yang sempurna, kalau laki-laki akan jadi
tampan, kalau perempuan menjadi cantik. Kelak jika sudah besar pun tak banyak
menuntut orang tua, mandiri, cerdas, bermental kaya, dan berakhlak mulia. Amin..
Medio
September, musim diantara banyaknya CPNS
Komentar
Posting Komentar