Doa Yatim Piatu Itu Mustajabah
Judul yang betul-betul mengena untukku. Aku memilih
judul itu lantaran aku mempunyai kisah dengan itu. Aku yatim piatu di usia 19
tahun. Awalnya, aku merasa tidak ada yang khusus dengan diriku dibanding yang
lain. Sampai ada suatu kisah yang menurutku biasa tetapi setelah kupikir-pikir
dan kucerna jadi merinding sendiri.
Dahulu ada acara tukar kado si suatu event di prajab,
mayoritas peserta adalah dosen. Aku berasumsi bahwa semua dosen menyukai buku.
Waktu yang singkat yang diberikan panitia, kami gunakan untuk pergi ke toko
buku untuk memilih buku. Kupilihlah buku mengenai pengembangan diri. Kubungkus rapi
memakai kotak yang bagus dengan hiasan pita-pita. Aku ingin memberikan yang
terbaik untuknya.
Sampai aku mengumpulkan kado kepada panitia dan
panitia menyampaikan “wah niat banget nih ngasihnya”. Memang tidak ada yang
tahu kado itu dari aku kecuali panitia. Setelah kado ditukar dan dibuka. Ada salah
satu dosen putri membuka dengan cemberut, dan ketika temannya bertanya , “apa
isinya’. Dia menjawab “buku, tapi aku ga suka”. Temannya meminjam dan
mengatakan “bagus, tahu..”.
Seumur-umur baru kali pertama ada orang tidak suka
terhadap kado kemudian menyampaikan langsung dengan raut muka yang tidak
bersahabat. Menurutku namanya juga pemberian, kalau suka Alhamdulillah, kalau
tidak suka lebih baik diam atau berikan pada orang lain yang suka, itu
menurutku. Tapi lain aku lain pula dengan orang lain. Memang si A ini terkenal
sering berkonflik, tidak punya teman, dan bahkan kesurupan. Agama dan ajaran
keluargaku mengajarkan agar tidak menyimpan dendam, rasa sakit hati dan rasa
buruk.
Ketika itu tentulah hati sakit karena dia menyampaikan
di depan mukaku dan dia tidak tahu kalau aku yang memberi kado buku padanya.
Tetapi buat apa terus larut dalam sakit, aku puh mengabaikannya. Aku berdoa
agar “aku diberikan rezeki yang melimpah, keluasan kesabaran dan berikanlah
yang terbaik untuk kita”. Aku mendoakan yang terbaik untukku maupun dia.
Persahabatku dengan dia juga tidak berubah, kami tetap
tegur sapa, bbman dan saling menanyakan kabar, dan aku pun telah lupa dengan
insiden itu. Sampai ada hal yang mengingatkanku, ketika teman-teman prajab
sudah menikah, dia sibuk dengan sakit. Dia sering sakit, yang demam, yang
pusing, yang statusnya sedih, dll. Muncullah iba dari hatiku yang kemudian
kusampaikan pada suamiku. “mas, koq si A ini kayaknya hidupnya sedih terus, ya
sakit, ya di rumah sakit, kaya ga pernah update bahagia”. Suami mengatakan “itu
akibat dari perbuatannya, kan dulu dia sempat menyakiti hatimu, ya itu salah
satu buah yang dihasilkan”. “Maksudnya? Aku ga ngerti mas” jawabku. Suami menjelaskan “de, kamu kan yatim piatu,
doanya mustajabah, inilah yang terbaik untuknya dan juga untukmu, Allah
memberikan dia sakit agar dosanya terampuni, berarti kan Allah baik. Aku juga
gitu kalau godain kamu aja terus buat kamu ngambek, biasanya langsung dapet
buahnya dari Allah, yang kena macet mendadak, sariawan, flu, padahal ga da
angin ga da ujan. Terus inget ga dengan nasib orang yang menghabiskan harta
keluargamu?hidupnya sakit-sakitan kan? Makanya aku berhati-hati menjagamu
sayang”.
“hehheh..oh begitu, padahal aku tidak pernah mendoakan
jelek lho mas”. Dan percakapan berakhir dengan huruf O.
Wallahu alam bi showab. Semoga Allah memberikan rezeki
yang melimpah dan lautan kesabaran untukku serta diberikan yang terbaik untuk kita semua.
Pondok
Cabe, medio September 2013
Komentar
Posting Komentar