Apa Tempat Favoritmu?
Apa tempat favoritmu? Emh..barangkali akan kujawab masjid dan
setelah itu baru aku jawab pantai kemudian perpustakaan dan gunung. Barangkali
orang sudah tahu alasan mengapa aku pilih masjid dan lainnya. Lain persoalan
dengan pilihan pantai. Akan banyak alasan aku memilih pantai.
Buatku pantai adalah tempat yang berharga. Aku bisa sepuasnya
berteriak di tengah pantai dan orang pun tidak peduli mungkin lebih tepatnya
tidak mendengar dengan suaraku karena kalah kencang dengan deburan ombak. Aku
lebih suka datang pagi hari selepas sholat subhuh atau menjelang asar karena
matahari tak terlalu terik saat itu.
Ketika aku merasa sedang bĂȘte, gundah gulana, ingin berteriak
sekencang2nya, atau melempar sesuatu bahkan ingin menenggelamkan diri dalam air
maka tempat yang kudatangi adalah pantai.
Aku biasanya datang seorang diri, membawa baju ganti karena aku pasti
akan basah2an. Aku pergi ke sana naik motor, sendiri, menikmati jalan yang begitu
sepi, kadang kala melakukan hal konyol
dengan memacu motor sekencang2nya sampai
air mata mengalir deras melawan angin. Ah…tapi aku menikmati moment itu dan
seakan masalahku sedikit demi sedikit menguap entah kemana.
Segala puji hanya patut
untukNya yang menciptakan pantai. Ombak di pantai begitu gemuruh di tengah
lautan begitu mengalir ke tepi yang tampak sibakan yang begitu cantik.
Barangkali begitulah menjadi manusia, ketika hati sedang marah, atau
bergemuruh, tidak selalu ditampilkan dengan marah. Tetapi mampu tampil elegan
dan cantik dalam menghadapi masalah atau rasa marah itu. Pelajaran pertama dari
pantai. Pelajaran kedua yang bisa
kuambil dari pantai adalah dia selalu jernih/bening. Apapun yang dilempar ke
laut, entah kelapa atau sandal akan kembali ke tepian. Begitulah seharusnya
hati manusia, hati yang luas seperti laut, tidak ada yang bisa membuat keruh.
Apapun yang mengotori berhasil disingkirkan dengan elegan.
Pantai yang kuceritakan adalah pantai di Purworejo, Jawa tengah.
Aku lupa nama pantai ini, sepertinya bukan objek wisata, atau hanya ramai dikunjungi
ketika musim liburan. Aku berangkat dari jogja selepas subuh menuju rumahku di
Kebumen dengan motor tentunya. Aku pilih jalur selatan yang sepi membelah
berhektar2 lahan pertanian. Sejauh pemandangan kanan dan kiri yang ada
hanya lahan pertanian dan tanaman pertanian.
Doaku agar ban tidak bocor dan tidak mengantuk di jalan. Jika ban motor bocor
maka bisa dibayangkan akan menangis tersedu2 mengingat sulit menemukan tambal
ban, kalaupun ada harus berjalan berkilo2 meter. Atau hal lain yaitu mengantuk
mengingat sepanjang jalan berkilo2 meter tidak menemukan kendaraan lain, sangat
sepi, serasa jalan milik sendiri.hehheh.Beberapa permen sudah kusiapkan di
kantung jaket sebagai obat pengusir kantuk .
Menjelang agak siang, tibalah di pantai. Di pantai itu tak ada
pengunjung. Barangkali hanya aku satu2nya. Ada seorang bapak tua sedang
merapikan jalan dan membetulkan yang rusak. Barangkali jiwa jurnalisme masih
bersemayam dijiwaku. Jiwaku tergerak untuk melihat lebih dekat kehidupan bapak
tua itu. Memperkenalkan diri, berbincang dengan orang asing tidak membuatku
takut. Aku begitu nyaman dan berbincang seakan mengalir begitu saja. Aku baru
sadar bahwa ini malam 1 muharam atau orang sering menyebut malam 1 Suro. Kata
pak tua, kalau menjelang 1 muharam tidak ada nelayan yang melaut, katanya itu
waktu wingit. Kalau dilanggar akan
mengakibatkan hal yang tak baik, begitu terangnya. Tak lama anak laki2 yang
bernama Iwan menyusul pak Tua. Dia anak pak tua yang masih SD. Dia pula yang
membantuku untuk memfotoku. Sayang, dia malu untuk difoto.hehhee.. (Purworejo,
Mei 2008)
Pantai kedua adalah pantai depok. Letak pantai ini di daerah
pantai selatan Yogyakarta, Bantul. Jaraknya lumayan dari jantung kota Jogja.
Meskipun demikian jika kita datang setelah subhuh, perjalanan bisa ditempuh hanya
dengan 1 jam. Kondisi jalan masih sepi. Aku sering pergi bersama teman2 kos.
Kita seringnya masuk pagi, gratis sehingga aku tidak tahu harga tiket masuknya.
Setelah agak terang, kita membeli ikan yang masih segar dan menyuruh warung makan untuk memasaknya.
Sambil menikmati pantai, kita sarapan ikan.
Depok, bersama teman kos E9 |
Pagi hari, di depok |
Dingin Euy |
Pantai ketiga adalah pantai di Gunung Kidul, Wonosari,
Yogyakarta. Aku lupa nama pantai ini,
pantai ini masih perawan, kalau siang pun, belum tentu kita bertemu pengunjung,
seperti pantai di Purworejo. Kalau yang satu ini, aku dan temanku yang tak mau
disebut namanya, dengan modal nekad. Kita berdua bukan orang Jogja. Dia malah
orang luar Jawa. Kita punya kesamaan menyukai pantai. Kita waktu itu sama2
tidak punya motor, padahal kendaraan yang paling relevan ke sana adalah motor.
Ya seperti kedua pantai sebelumnya juga
sangat relevan ditempuh dengan kendaraan pribadi. Kalaupun mobil ya mobil yang
kokoh dalam kondisi ekstrim. Naik motor ke pantai ini juga ekstra hati2. Jalan
berliku, kanan kiri jurang, jalan sempit yang berkelok, naik turun.
Mengingatkanku pada jalan dari waduk wadaslintang ke utara. Dan jalan yang kita
lewati ini tiga kali lipat lebih
ekstrim. Namun, ketika melihat keperawanan pantai ini, rasanya terbayar seluruh
peluh untuk menuju ke sana. Air masih sangat biru, bersih, dan indah. Subhanalloh.
Kelak jika aku kuliah di luar negeri bergaul dengan orang2 dari berbagai
Negara, mungkin keindahan pantai Indonesia akan jadi salah satu kebanggaan
buatku sebagai orang Indonesia.
Pantai di Gunung Kidul |
Pantai keempat adalah pantai Suwuk. Pantai ini beberapa meter
dari sekolah tempat dulu aku mengajar. Kalau ditempuh naik motor hanya 15 menit
dari sekolah. Taruna-taruna sering olahraga di pantai suwuk, terutama mereka
dari jurusan Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI) dan Teknika Kapal Penangkap
Ikan (TKPI). Mereka semua laki2. Kebanyang kan, kalau sewaktu aku mengajar di
luar kelas, misal ke pantai, yang ada satu guru/pembina perempuan di tengah
banyak laki2. Ibarat perawan di sarang penyamun.hehehe. Namun kali ini, aku
pergi bersama keluarga, aku dan keluarga mbakku. Kami pergi ke sana naik mobil
dan tidak lupa, pulang membawa ikan segar siap dimasak.
Pantai2 di Jogyakarta, Purworejo dan Kebumen
Komentar
Posting Komentar