Bukber Dengan yang Unyu2
Seperti biasa, ketika memasuki bulan
Ramadhan, agenda rutin bukber mulai banyak. Undangan bukber banyak berdatangan.
Seperti kali ini, aku diundang oleh teman satu tempat les. Dulu kami satu kelas
tetapi karena aku melakukan penundaan akhirnya kami jadi berbeda kelas. Tetapi
kelas berisi anak-anak yang asyik-asyik. Mereka kebanyakan anak UIN dan masih
tingkat awal. Ya masih unyu-unyu gitu.
Mereka juga supel dan mudah bergaul. Tidak memandang perbedaan usia, dan aku
juga merasa kita seumuran jadi ya asyik2 aja.
Aku pun memasukkan agenda bukber dengan
mereka ke dalam jadwalku. Bukber diagendakan di rumah Edo daerah Reni Jaya
memesan makanan dari McD. Sebenarnya aku tak tahu rumah Edo tetapi katanya mau
berangkat bareng dari tempat les.
Sewaktu istirahat aku menanyakan kembali
tentang acara bukber itu, ternyata ada perubahan. Kali ini diagendakan makan di
SS kawasan Bintaro.Wah, aku tak tahu daerah itu. Tapi tetap aku mencari
informasi keberadaan Bintaro itu. Maklum aku jarang gaul dan pergi-pergi daerah
tangerang selatan. Alhasil jadi kuper.hehheh. Aku memutuskan untuk ga jadi ikut
karena tidak tahu wilayahnya dan sepertinya jauh.
Aku pun pulang, sampai di kos aku sholat
asar. Setelah aku sholat, aku tersadar akan esensi dari bukber adalah
mempererat tali silaturahmi mengharap ridhoNYa. Lagipula jaraknya masih
terjangkau, karena masih Tangsel. Kuberanikah diri berpetualang ke sana, ke
tempat yang belum pernah kutahu.hehheh. Kebetulan ibu kosku juga tidak ada,
tetangga juga tak ada. Tidak ada yang bisa ditanya. Dengan nekad dan mengingat
informasi, aku pergi ke sana. Lurus terus sampai ketemulah pertigaan yang
kuduga pertigaan binamarga. Setelah bertanya, ternyata benar, aku melewati
jalan dan mengikuti angkot (masih berdasarkan informasi) menuju bintaro. Jalan
yang kulalui mirip jalan Cirendeu, sempit, macet dan gersang. Ah, paling ga
suka banget. Pernah ada lintasan untuk kembali tetapi lagi2 mengingat niat suci
pengen dapat pahala. Setelah kukira2 dan terka, sepertinya jalan yang kulalui
ini seperti jalan mau ke PIM.
formasi lengkap |
Aku berniat untuk menelepon teman lesku
untuk menanyakan alamat. Sial, BBku tak terbawa, entah ketinggalan, entah jatuh
aku tak tahu pasti. Seingatku sudah dibawa. Sebenarnya tadi aku ingin memberi
tahu terlebih dahulu ketika mau berangkat, memberi tahu bahwa aku akan ke sana.
Tetapi takut tidak ketemu tempatnya dan membuat mereka kecewa atu menunggu, aku
tak enak.
Berbekal arah-arah sampailah pada denah
bertuliskan sektor-sektor. Lagi-lagi aku tak tahu. Tanya orang jawabannya tak
memuaskan. Mengikuti angkot belum lewat. Alhamdulillah ada hp satu lagi dan
ketika aku lihat ternyata hanya ada beberapa contact temenku. Itupun
teman-teman smp, teman les tak ada nomornya. Aku menelepon Ajeng, teman SMPku.
Menanyakan kalau mau ke plaza Bintaro sector berapa. Dia menjawab sector 3 tapi
ragu-ragu dan yang paling ciri khas dia adalah ungkapan berikut “Sorry ya, aku
ga level nongkrong di bintaro, aku kalau nongkrong di PIM”. Jiah…hahhaha,
karena aku sudah biasa, jadilah kebal. Dalam hati, aku juga “kalau di PIM mah
udah wilayah jajahan tapi aku ga segitunya fanatiknya,heheheh”. Mengingat kembali
urgensi dari bukber bukan sekadar nongkrong atau bahkan kadang ada yang malah meninggalkan
sholat.
Setelah dapat wangsit dari Ajeng,
ketelusuri jalanan ini. Dan sampailan kami di SS. Tempat makan yang terpaksa
membuatku memutar gulungan memori tentang jogja. Warung yang pertama kali didirikan di jalan
kaliurang, samping graha saba pramana UGM. Warung yang menawarkan varian sambal
didirikan oleh kakak kelasku. Sekarang telah menyebar ke penjuru kota termasuk
Jakarta ini. Dulu ketika di Jogja, aku sering makan. Beberapa kali aku mentraktir
teman-teman saat ulangtahunku atau kalau ingin berbagi.
Aku masuk, disambut pelayan yang ramah dan
terlihat mayoritas dari mereka adalah Jawa. Aku menanyakan tentang ada pesanan
atas nama mahasiswa UIN? Dan ternyata jawabannya tidak. Kusebutkan satu2 nama
mereka ternyata juga tak ada. Sedih tapi sudah sampai tempat, akhirnya aku pun
memesan, lagipula kalau langsung pulang, magrib di jalan, belum lagi harus
bertempur dengan macet seperti perjalanan berangkat.
Tak berapa lama, mereka (teman2 lesku) datang
dan akhirnya sesuai rencana. Kami makan, berbincang dan bergurau secara cerdas
tanpa merendahkan orang lain atau menjadikan seseorang jadi objek gurauan. Sedikit
mengobati kerinduan akan sesuatu yang telah lama hilang. Sesuatu yang
intelektual, berbobot dan idealis. Sesuatu yang tidak pragmatis, dan
mateialistis.
akrab |
Rand, Dilla, Rahma, Jehan |
Barangkali memang benar, berkumpulah dengan
orang yang sholeh. Setelah membatalkan
puasa, kita tanpa dikomando atau diajak atau diingatkan, bergantian menuju mushola
untuk sholat magrib. Memang kondisi mushola tidak telalu besar. Tapi hal yang kusuka, mereka masih memperhatikan
pemilihan tempat dengan aspek kedekatan dengan mushola atau fasilitas mushola.
Edo |
Jehan |
Rand |
rand n dilla |
febri |
Aku pernah beberapa kali datang pada
undangan bukber contoh kelompok A. Mereka dari kalangan pekerja dari instansi
yang wow. Mereka memilih mall,
memesan makanan dengan porsi besar, dan kulihat banyak menyisakan makanan.
Ketika waktu magrib, mereka langsung menyerbu makanan dan tidak ada yang
gelisah mencari mushola. Harapanku tertumpu pada satu pria yang dulu sewaktu
kukenal aktivis mushola. Ternyata kulihat, dia santai saja dan terus makan
dengan perut buncitnya. Astaghfirullah, ketika aku sampaikan niatku. Mereka
jawab, “nanti aja, soalnya susah musholanya di bawah.” Jadilah aku makan terburu-buru
dan meninggalkan mereka seperti filosofi “SMP=sudah makan pulang”. Tak ada
pembicaraan yang kuharapkan. Hal yang ada membicarakan uang dan orang lain. Hiks, sedih…Hikmah yang kuambil.
Orang sering mengeluh tak punya uang, tetapi bisa jadi dengan ketidakadaanya dengan
uang membuat dia terselamat dari penyimpangan. Itu cara Allah membimbing kita
pada kebaikan.
depan pintu |
go home |
Setelah semua tujuan tercapai aku pamit
pulang dan mereka pun demikian. Ternyata mereka pun sepertiku yang tak suka
pulang terlalu malam. Kami berpamitan, edo dan aku patungan mentraktir mereka.
Semoga lain waktu bisa mentraktir kalian lagi, di tempat yang lebih nyaman dan
enak, begitulah doaku. Buatku mnentraktir mereka tidak butuh pemikiran yang
lama, karena aku berprasangka puasa/ibadah mereka bagus. Dengan itu, aku
berharap aku kecipratan barokahnya. Hehhehe. Pahala orang yang memberikan makan
pada orang yang berpuasa akan sama dengan yang berpuasa. Dan seperti hukumnya, rezeki terus melimpah
padaku. Dari nikmat sehat, iman, island an nikmat2 lain yang tak kan cukup
disebutkan. Istilah yang tepat ‘Nikmat mahakah lagi yang akan kau tanyakan”.
Bintaro, 28 Juli 2012
widih widih keren keren keren, manteb banget ya asik kumpul akrab begitu tempatnya bagus tuh
BalasHapus