Empeng, Baby Walker, Gadget, dan Televisi
“Mama Dede, sekarang ade sukanya berdiri, rembetan..udah bosen merangkak.”
Kata si mbanya Ritza.
“Beliin, gledekan aja, apa itu namanya?” tanyanya.
“Baby walker, yang bulat kan?” jawabku memastikan.
“Iya betul” , jawabnya.
Percakapan dengan ART (asisten RT) membuatku
kembali mengingat-ingat kembali tentang baby walker. Zaman dulu, aku juga
dibelikan baby walker oleh orang tua. Tetapi lain dulu lain sekarang,
perkembangan makin canggih, ilmu juga makin berkembang, penelitian terus berjalan.
Dan ternyata, kami (aq dan papa) punya
kesamaan visi yaitu untuk tidak membelikan dua barang (empeng
dan baby walker)yang mungkin
dahulu kita pernah gunakan ketika masih bayi. Kami menghindari karena ada dua
pendapat yang berbeda (Pro dan Kontra). Seperti kita ketahui, jika ada yang
subhat (meragukan) maka hindarilah. Kami memilih untuk menghindarinya/tidak
membelinya. Selain itu, kami juga menunda mengenalkan gadget dan televisi.
1)
Empeng
Pro :
a. Empeng bermanfaat membantu menenangkan bayi dan
mencegahnya dari overfeeding.
Overfeeding
adalah kondisi pemberian minuman yang terlalu banyak.
b. Empeng bayi efektif memberi kenyamanan untuk bayi dan membuatnya cepat
terlelap.
Kontra :
Aku lihat di trans 7 bahaya empeng:
a. Membuat gigi anak maju
b. Terlambat bicara/cadel
c. Beberapa empeng ada zak kimia yang jika penggunaan lama membuat
kanker ginjal, Naudzubillahimindzalik….
Nah, serem yak, daripada spekulatif, maka kami memilih untuk masuk
kubu kontra…terus pemikiran berlanjut ke teether(gigitan bayi). Dengan asumsi
yang prematur , maka kami juga tidak membelikan teether karena dikhawatirkan
bahannya kurang aman juga untuk anak. Belum tentu barang yang kita beli ama.
Tapi mengenai teether lebih banyak yang pro dengan alasan: dengan menggigit-gigit teether akan
melatih gerak motorik si kecil seperti contohnya dengan melatih mengambil dan
menggenggam mainan tersebut.
Tips memilih mainan teether berikut ini yang berhasil aku googling:
- Belilah selalu teether dari produsen khusus pembuat alat-alat bayi yang sudah terpercaya kualitasnya.
- Belilah teether yang bahannya terbuat dari latex dan berisi gel, karena teether yang berisi gel akan lebih terasa dingin dibanding teether yang berisi air.
- Selalu sesuaikan ukuran dan bentuk teether dengan mulut bayi, jika bayi Anda masih kecil maka pilihlah teether yang berukuran lebih kecil.
- Sebelum dan setelah digunakan si kecil, maka cuci bersih teether dengan air mengalir dan sabun khusus pencuci alat-alat makan bayi. Kemudian lap dengan kain bersih dan simpan dalam wadah yang bersih sehingga terjaga kehigienisannya.
- Jangan simpan sembarangan teether yang telah di gunakan di sembarang tempat, hal ini untuk menghindari tercemar dari berbagai bahan berbahya dan juga bakteri.
Mainan teether untuk bayi yang mulai tumbuh
gigi akan sangat bermanfaat untuk si kecil, maka dari itu jangan sembarangan
memilih teether hanya karena harganya yang murah atau bentuknya yang unik dan
lucu saja, perhatikan dan cermati bahan serta kualitasnya, agar pertumbuhan
gusi dan gigi si kecil akan berkembang optimal.
2)
Baby Walker
Pro:
Baby
walker mulai diperkenalkan kepada khalayak ramai pada tahun 1851.
a. Fungsinya
adalah untuk mencegah anak terjatuh saat sedang belajar berjalan tanpa
didampingi oleh orang dewasa sehingga praktis daripada pusing mengawasi anak
merangkak, merayap kesana-kemari.
b. Produsennya
saat itu mengklaim bahwa dengan alat ini dapat membantu mempercepat kemampuan berjalan
pada anak.
c. Dengan
adanya tambahan mainan, baby
walker menjadi sarana belajar anak yang menyenangkan.
Kontra:
a.
Menghambat perkembangan motorik anak, dan lebih jauh lagi menghambat perkembangan
mentalnya.
Dalam masa tumbuh kembangnya, bayi memiliki keinginan
natural untuk berpindah tempat atau mengambil mainan. Umumnya merka
melakukannya dengan meregang, berguling atau merangkak. Keberhasilan dalam
proses ini akan menimbulkan rasa puas dalam dirinya, untuk kemudian berlanjut
ke proses yang lebih maju yaitu berusaha berdiri. Penggunaan babywalker
membuat anak kehilangan momen perkembangan ini.
Penggunaan babywalker menyebabkan anak sulit untuk meningkatkan kemampuan menjaga keseimbangan tubuhnya. Ketika ia
bergerak menggunakan babywalker, maka ia akan selalu memiliki tumpuan,
sedangkan untuk bisa berjalan dengan normal, bayi harus belajar untuk melangkah
tanpa bertumpu kepada benda apapun.
Hal ini menyebabkan anak jadi sering terjatuh ketika
melangkah dengan posisi berdiri. Hal ini akan menimbulkan trauma yang membuat
anak takut melangkah, dan akhirnya membuat dia malas
berjalan dan menjadi lambat
pandai berjalan.
Kuat
dugaan saya bahwa kehilangan momen keberhasilan, rasa malas dan takut untuk berjalan
inilah yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mental anak.
b.
Penggunaan berbahaya bagi keselamatan anak apalagi kalau tidak
diawasi.
Ini
informasi yang berhasil ditemukan:
American Academy of Pediatric (APP) mengungkapkan bahwa
pengunaan babywalker bisa mendatangkan kecelakaan atau cedera pada bayi.
Di tahun 1999 di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 8.800 bayi usia 15 bulan
masuk rumah sakit karena menggunakan babywalker. Dan dalam rentang tahun
1973-1998 tercatat 34 bayi meninggal karena alat ini.
Banyak
sekali kasus yang terjadi di berbagai belahan dunia, dimana bayi terjatuh
ketika menggunakan babywalker. Ada yg terjatuh karena rodanya
menggilas mainan lain lalu terbalik, ada yang terjatuh meluncur ke
bawah tangga, ada yang masuk ke dalam kolam, dll
Penggunaan babywalker
memberikan anak kemampuan untuk bergerak di luar kemampuan natural anak, dan
lebih cepat dibanding reaksi orang tua. Hal ini menjelaskan mengapa penggunaan babywalker
menjadi sangat berbahaya.
Benarkah babywalker bikin anak cepat berjalan ??
Untuk bergerak anak hanya perlu
menggunakan sebagian serabut motorik otot kaki. Misal dengan menggerakkan ujung
jari dan mengandalkan otot-otot betis, dalam posisi duduk sekalipun, anak bisa
berpindah tempat.
Sementara untuk bisa berjalan
dengan benar dan lancar, anak perlu melatih otot paha dan pinggul. Hal
ini sering
tidak terjadi jika anak dibiasakan bermain dengan babywalker. Akibatnya otot tungkai tidak
terlatih untuk menyangga tubuh anak saat berjalan dan berpotensi mengganggu
perkembangan motorik kaki anak.
Kemampuan
bergerak yg dibutuhkan ketika bayi berjalan pakai babywalker, tidak akan
bermanfaat baginya untuk berjalan normal – tanpa babywalker
Studi
menunjukkan bayi yang duduk dan menggunakan
babywalker, akan berjalan lebih lambat nantinya daripada yang tidak
memakai babywalker. Studi lain, menemukan bahwa penggunaan babywalker
tidak berpengaruh terhadap kemampuan bayi
berjalan. Bayi akan menjadi malas untuk belajar berjalan, karena sudah terbiasa
menggunakan babywalker.
Benarkah,
Baby Walker, Melatih anak berjalan?
Yang perlu diperhatikan orang tua jika ingin melatih perkembangan motorik kaki anak, lebih baik anak dilepas di lantai dan
belajar berjalan secara alami dengan kaki telanjang. Jangan lupa juga untuk memastikan lantai dalam keadaan bersih dan
tidak licin agar anak tidak mudah terjatuh.
Cara sederhana namun terbukti ampuh seperti memberikan kursi plastik kecil untuk didorong oleh bayi yang sedang
belajar berjalan terbukti lebih bermanfaat.
Yang sering kita lupakan adalah bahwa cara alami adalah
cara yang terbaik untuk menstimulasi tumbuh kembang anak kita.
Selanjutnya
mengenai gadget
dan televisi.
Dampak buruk
gadget. Ini artikel yang berhasil ditemukan.
- Pertumbuhan otak yang terlalu cepat. Di antara usia 0-2 tahun, pertumbuhan otak anak memasuki masa yang paling cepat dan terus berkembang hingga usia 21 tahun. Stimulasi lingkungan sangat penting untuk memicu perkembangan otak, termasuk dari gadget. Hanya saja, stimulasi yang berasal dari gadget diketahui berhubungan dengan defisit perhatian, gangguan kognitif, kesulitan belajar, impulsif, dan kurangnya kemampuan mengendalikan diri.
- Hambatan perkembangan. Saat menggunakan gadget, anak cenderung kurang bergerak, yang berdampak pada hambatan perkembangan. Satu dari tiga anak yang masuk sekolah cenderung mengalami hambatan perkembangan sehingga berdampak buruk pada kemampuan berbahasa dan prestasi di sekolah.
- Obesitas. Penggunaan gadget yang berlebihan diketahui bisa meningkatkan risiko obesitas. Anak-anak yang diperbolehkan menggunakan gadget di kamarnya mengalami peningkatan risiko obesitas sebanyal 30 persen. Padahal diketahui obesitas pada anak meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung sehingga menurunkan angka harapan hidup.
- Gangguan tidur. Tidak semua orangtua mengawasi anaknya saat menggunakan gadget, sehingga kebanyakan anak pun mengoperasikan gadget di kamar tidurnya. Sebuah studi menemukan, 75 persen anak-anak usia 9-10 tahun yang menggunakan gadget di kamar tidur mengalami gangguan tidur yang berdampak pada penurunan prestasi belajar mereka.
- Penyakit mental. Sejumlah studi menyimpulkan, penggunaan gadget yang berlebiham merupakan faktor penyebab meningkatnya laju depresi, kecemasan, defisit perhatian, autisme, gangguan bipolar, dan gangguan perilaku pada anak.
- Agresif. Anak-anak yang terpapar tayangan kekerasan di gadget mereka berisiko untuk menjadi agresif. Apalagi saat ini banyak video game ataupun tayangan yang berisi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, dan kekerasan-kekerasan lainnya.
- Pikun digital. Konten media dengan kecepatan tinggi berpengaruh dalam meningkatkan risiko defisit perhatian, sekaligus penurunan daya konsentrasi dan ingatan. Pasalnya bagian otak yang berperan dalam melakukan hal itu cenderung menyusut.
- Adiksi. Karena kurangnya perhatian orangtua (yang dialihkan pula oleh gadget), anak-anak cenderung lebih dekat dengan gadget mereka. Padahal hal itu memicu adiksi sehingga mereka seakan tak bisa hidup tanpa gadget mereka.
- Radiasi. WHO mengategorikan ponsel dalam risiko 2B karena radiasi yang dikeluarkannya. Apalagi anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi karena otak dan sistem imun yang masih berkembang, sehingga risiko mengalami masalah dari radiasi gadget lebih besar dari orang dewasa.
- Tidak berkelanjutan. Sebuah penelitian membuktikan, edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama bertahan di ingatan anak-anak. Sehingga pendekatan pendidikan melalui gadget tidak akan berkelanjutan bagi mereka.
- Sakit leher dan tulang punggung
- Menarik diri dari pergaulan dan interaksi dengan dunia nyata dan lebih memilih untuk berinteraksi di dunia maya. Mereka menjadi asosial.
- Disalahgunakan anak-anak untuk mengakses dan menyebarkan informasi yang belum pantas mereka konsumsi. Informasi itu membuat kedewasaan biologis seperti dikarbit, sementara kedewasaan emosional justru melambat. Rendahnya kedewasaan emosional itu dapat dilihat dari mudahnya para remaja menjadi galau oleh hal-hal yang remeh-temeh. Mereka mudah mengeluh dan putus asa pada persoalan sepele yang dihadapinya.
Gaya hidup modern yang tidak diimbangi dengan pengetahuan kesehatan
pada anak justru bisa membahayakan masa depan anak, terutama menyangkut
kesehatan mereka. Karena itu, jangan terlalu bangga jika balita Anda sudah
pintar mengoperasikan iPad, smartphone atau laptop. Anda harus bijak
memperkenalkan teknologi tepat pada waktunya.
Dampak Buruk Televisi
1.
Menonton televisi lebih dari 3 jam setiap
hari bagi anak kecil, ternyata bisa membahayakan kemampuan bicara, kosakata dan
kemampuan matematika seorang anak. Dilansir dari Dailymail, setiap 2 jam anak
menonton televisi, sudah bisa mempengaruhi kemampuan akademis mereka.
2.
Rawannya seorang anak untuk mengalami
pembully-an akibat terlalu banyak nonton televisi. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya ikatan pengasuhan, kurangnya perhatian dan kurang sehatnya tubuh sang
anak.
Seharusnya,
seorang anak mendapatkan waktu pengasuhan lebih banyak dibandingkan dengan
waktunya menonton TV. Hal ini disampaikan oleh Profesor Linda Pagani dari
Universitas Montreal yang mengatakan bahwa ada hubungan antara waktu si kecil
menonton layar kaca dengan resiko pada kemampuan motorik dan psiko sosial
mereka nantinya.
Menurut
saran Profeson Linda, sebaiknya anak kecil di bawah 2 tahun tidak menonton
televisi lebih dari dua jam. Untuk mewujudkan hal ini, tentunya dibutuhkan
kesadaran dari orang tua untuk membuat metode pengasuhan dan pendidikan yang
baik.
Setiap
tambahan satu jam menonton televisi menurut Pagani, sudah memberikan pengaruh negatif.
Meski saat ini banyak orang tua yang sibuk, namun tak sebaiknya menukar waktu
kebersamaan dengan anak Anda dengan film kartun atau film anak yang mungkin
disukainya, namun belum tentu ia butuhkan.
Bila
Anda ingin anak-anak mengalami pertumbuhan yang prima dan baik, sebaiknya
mengutamakan kualitas komunikasi dan pengasuhan dengan sang anak. Dengan
demikian, mereka tak akan menjadi pribadi yang bergantung pada teknologi, namun
lebih mudah menyerap pendidikan mengenai kehidupan dan norma. Sehingga mereka
akan lebih mudah berhubungan sosial dan melakukan aktivitas akademis dengan
lebih baik nantinya.
3.
TV (terlebih bila terlalu banyak dan terlalu
sering) akan membuat bayi lebih sedikit untuk bereksplorasi dan berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya.
Perkembangan
otak bayi pada usia tersebut lebih membutuhkan pengaruh positif yaitu
eksplorasi dan interaksi sosial dari lingkungan, anak-anak atau orang-orang
dewasa sekitarnya. Hal ini amat penting untuk menunjang dan membantu
mengoptimalkan perkembangan sosial, emosional, bahasa dan kognitif bayi.
Televisi tidak baik untuk bayi karena dapat mengganggu perkembangan otak bayi. Bahkan ada penelitian yang mengungkapkan bahwa ada keterkaitan antara terlalu banyak menonton TV dengan keterlambatan perkembangan kognitif dan bahasa padabayi.
Selain itu ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa anak usia tiga tahun ke bawah yang terlalu banyak menonton TV akan terganggu daya konsentrasinya pada usia sekolahnya nanti (sekitar usia 7 tahun).
Televisi tidak baik untuk bayi karena dapat mengganggu perkembangan otak bayi. Bahkan ada penelitian yang mengungkapkan bahwa ada keterkaitan antara terlalu banyak menonton TV dengan keterlambatan perkembangan kognitif dan bahasa padabayi.
Selain itu ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa anak usia tiga tahun ke bawah yang terlalu banyak menonton TV akan terganggu daya konsentrasinya pada usia sekolahnya nanti (sekitar usia 7 tahun).
4.
Kurangnya pemusatan perhatian
Banyak penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara terlalu banyak menonton TV dengan timbulnya masalah bayi dalam pemusatan perhatian seperti ADHD.
Banyak penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara terlalu banyak menonton TV dengan timbulnya masalah bayi dalam pemusatan perhatian seperti ADHD.
Anak
usia 2 tahun ke atas masih diperbolehkan menonton televisi atau tayangan media
lainnya seperti film DVD, namun tidak boleh lebih dari 2 jam sehari. Pastikan
orang tua atau pengasuh berada di dekat anak untuk mendampingi anak selama ia
menonton TV. Hal ini selain untuk memberikan arahan positif bagi perkembangan
imajinasi anak juga agar tetap tercipta komunikasi yang aktif dan interaktif
antara anak dan orang tua
5.
Televisi bisa mengganggu tidur anak dan
membuatnya menjadi lebih gelisah.
Untuk
itu, sebaiknya tidak membiarkan akan balita Anda (usia 2 tahun ke atas) untuk
menonton TV tepat sebelum ia tidur.
Bila
Anda mengizinkan anak Anda menonton tv sebelum tidur, pastikan setelahnya
(kurang lebih selama 10 menit) Anda membacakan cerita atau bernyanyi untuk anak
Anda, baru kemudian mengajaknya tidur.
Akibat adanya pengaruh buruk yang kemungkinan besar bisa timbul dan mempengaruhi perkembangan anak Anda, pastikan Anda juga mengawasi tayangan atau film yang ditonton anak Anda. Jauhkan anak dari tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan umurnya, tayangan yang mengandung kekerasan, tayangan dewasa, atau tayangan tak mendidik lainnya.
Akibat adanya pengaruh buruk yang kemungkinan besar bisa timbul dan mempengaruhi perkembangan anak Anda, pastikan Anda juga mengawasi tayangan atau film yang ditonton anak Anda. Jauhkan anak dari tayangan-tayangan yang tidak sesuai dengan umurnya, tayangan yang mengandung kekerasan, tayangan dewasa, atau tayangan tak mendidik lainnya.
Balita
boleh
nonton televisi, tetapi orang tua harus selektif. Kalau kami pribadi masih
menunda untuk menonton televisi, walau beberapa kali kecolongan karena ada
neneknya heheheh.. Selain itu, kami juga tidak menaruh televisi di
kamar tidur.
Guru
Besar Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono mengatakan, “Mata bayi umur 10
bulan cukup memadai untuk menonton TV.” Pilih program TV yang
sesuai dengan persyaratan berikut ini.
- Lama program tidak lebih dari 5 menit karena rentang perhatian bayi masih pendek. Lebih dari 5 menit konsentrasi bayi melemah, dan otot matanya akan lelah.
- Program acara hanya terdiri dari 1 tema. Misalnya tentang sapi, bayi dapat melihat wujud sapi, bunyi sapi, dan makanan sapi.
- Alur gambar bergerak dan narasi harus lambat.
- Gambar-gambar yang ditayangkan berwarna-warni.
- Soundtrack harus berupa musik anak-anak yang riang tapi lembut.
Selanjutnya, silakan..pilihan ada di tangan Anda.. Berbeda itu
rahmat.
Semoga bermanfaat
Penghujung Tahun 2014, Panorama Residence Depok
Komentar
Posting Komentar