Mencari Pembantu (ART), Tak Semudah Mencari Pacar
Minggu, 28 Desember 2014
Kemarin
kita pulang berlibur dari Surabaya, sementara mba ART tidak kembali lagi. Tetapi esok senin mba
yang baru janjinya mau datang. Rencananya hari ini nenek datang, selain biar
Ritza dekat dengan neneknya, sekaligus pengawas mbak baru yang akan datang.
Lumayan juga 2 hari untuk mengorientasi
mbak baru. Karena saat aku juga masih cuti.
Begitu manis, rencana yang disusun…memang manusia
adalah perencana yang unggul.
Senin, 29 Desember 2014
Sebagai majikan, aku mulai menanyakan, waktu
kedatangan mbak baru seperti yang sudah dijanjikan..dan tara…ada 8 alasan dari
mba baru untuk tidak datang:
1) Mulai dari nanggung
karena mba
baru akan izin tahun baru di rumah kakaknya, dan itupun sudah kami izinkan dari
awal. Apa yang kami ucapkan Insya Allah tidak akan berganti. Rupanya mba baru
ketakutan tidak diizinkan. Kami sudah pastikan diizinkan.
Muncul alasan
kedua.
2) Ibu mba masih kangen
Yang ini
manusiawi, dan aku menyarankan untuk berbicara baik-baik dengan ibu.
3) Tidak punya ongkos
Kami bersedia
untuk mengganti ongkos ke sini.
4) Tidak ada tiket
Yang ini agak
aneh, mengapa tidak pesan jauh-jauh hari, bukankah dari awal sudah disepakati
akan berangkat tanggal ini. Dan waktu di rumah kan cukup lama untuk memesan
tiket.
Aku masih
bersabar, sementara suami sudah mulai senyum getir. Memang dari awal aku yang
menguatkan suami untuk khusnudon (berprasangka baik). Dari awal ketemuan memang
mba baru ini sudah banyak alasan dan ujung-ujungnya ingkar janji. Mulai dari
janjian diundur dan kita sudah ke tekape malah dibatalkan, itu sakit banget
bagi suami. Apalagi waktu itu suami benar-benar maksain diri untuk
ngebela-belain ketemu. Dia sakit mual, kepala kliyengan dan menghindari polisi
akibat males ngasih amplop. Eh.. si mba malah tak datang. Pas, ibu nanyain
tentang mba baru dan aku cerita, ibu dah bilang “Wah baru janjian pertama aja
dah ingkar janji, kan biasanya yang pertama itu dibaik-baikin dulu, ini gimana
ke depannya?”
Aku berusaha menguatkan, bukan karena aku jatuh hati sama mbak baru
karena pilihan lain jauh lebih sreg.
Waktu itu ada 3:
a) Mbak baru
Ini aku dapat dari ART temanku, masih muda dan sudah pernah pegang
anak, orang tegal.
b) Mbak Jatim
Yang ini sudah berpengalaman menangani down syndrome, ini aku dapat
dari kakak suami, tetapi kakak sendiri ga sreg karena belum apa-apa sudah
menanyakan, “rumahnya luas ga?”, “digaji berapa?” dengan nada merendahkan.
Langsung serta merta dicoret dari kandidat ART.
c) Mba Kebumen
Seperti ART sebelumnya, aku memilih sedaerah, cita rasanya mirip,tahu
ruamhnya, kenal dan gampang kalau ada apa-apa, apalagi sudah pernah sebagai
TKW. Ibu ini juga sopan dan baik. Tetapi yang memberatkan hati, ibu ini minta
pulang tiap bulan, dan ketika kami tawar dengan alasan, “siapa yang jagain
Ritza kalau ibu pulang?”, Jawabnya adalah di luar dugaan, si ibu akan bawa
Ritza ke kampung. Hehehe..Lah.. maha tahan pisah lama-lama sama anak.
Akhirnya, jatuh pilihan ke mba baru.
5) Bareng kakak
Kembali ke mba baru. Akhirnya, berkat kesabaran yang tingkat dewa, mba
baru mau membeli tiket dan akhirnya mau berangkat sore hari. Dia beralasan mau
langsung ke Poris bareng kakaknya. Kakaknya mbau tahu tempat kerja adenya. Kami
pun izinkan. Padahal dari awal, kami mengkondisikan agar langsung ke sini saja.
Aku masih terus bersabar, apalagi melihat anak, daripada dibawa bekerja dan
belum mau sama neneknya…Ritza dempet tak mau pisah sama mamanya.
6) Alasan kaki sakit
Setelah diizinkan ke Poris, dia tidak mau ke
rumahku karena kakinya sakit akibat berdiri tidak mendapat tempat duduk. Lemas
rasanya raga ini…akibat disakiti berulang kali. Ibarat pacar, pasti aku tak
akan sesabar ini.heheheh. Dia meminta setelah tahun baru..
Kami menunggu dengan setengah gondok, aku tak
tahu mau kulakan rasa sabar dimana lagi, mamah, suami, ibu jauh lebih tidak
sabar lagi menghadapi mbak baru. Katanya aku terlalu baik dan sabar.
Benar-benar belum menemukan jalan, mau melalui yayasan, tetapi belum sreg, mau
pake baby sitter juga belum sreg. Sampai suami kusut mukanya, ga tega lihat aku
dibegitukan. Aku hanya tersenyum.. sambil melebarkan sayap terus berkomunikasi
dengan orang-orang untuk membantu mencari pembantu (ART) takut mba baru tidak
beres. Meskipun belum memperoleh hasil. Aku tetap optimis…
7) Tak Tahu Angkot
Tara…kesabaranku kembali diuji, mba yang sudah
diberi waktu mendadak beralasan tidak tahu angkotnya. Yang ini pun terlihat
mengada-ada. Kalaupun tidak tahu, mengapa tidak ditanyakan dari awal.hiks…sakit
rasanya..
8) Hujan
Setelah dijawab angkotnya, si mba baru beralasan
lagi hujan..hiks…delapan alasan sudah cukup untuk mencoret mba dari list
kandidat ART. Sepertinya suami juga sudah tidak berkenan. Dan setelah dikroscek
dengan temannya, rupanya mbak baru, juga tidak berkenan ditanya-tanya merasa
ditekan katanya, merasa dihina olehku, dan fitnah lain..Wallahu ala bi
shawab…Entah benar atau tidak, tetapi aku tak mau berspekulasi untuk menitipkan
anak kepada orang yang tidak bisa kupercaya…
Dan cerita berlanjut, katanya si mba masih
bekerja di tempat yang lama…hehehhe..akhirnya ngarasain juga di PHPin…bukan
sama pacar tetapi sama kandidat ART..
Sampai akhirnya, mba baru tidak berani ambil
barang-barang yang sudah dititipkan, padahal kalaupun ambil sendiri tidak akan
diapa-apakan olehku. Alhamdulillah, tidak jadi mempekerjakan mba baru ini,
rupanya dia juga begitu lihai mengupdate berita apapun via bbm, termasuk
tentang diriku..hahahah…yang jelek tentunya…
Aku berdoa semoga kami diberikan mba yang lebih
baik dan terutama sayang sama Ritza.
Rabu, 31 Desember 2014
Itu tadi yang seperti aku sampaikan sebelumnya kalau
rencana kadang tak seindah kenyataan. Akhirnya Ritza yang tidak mau dipisahkan
sementara dengan mamany, dibawa ke kantor. Andai mau sama neneknya tentu aku
tinggal di rumah.
Di kantor, Ritza tidak rewel dan aku sempatkan ke
poliklinik untuk berobat, malah mendapat pujian kalau anak nempel sama mamanya
berarti pelekatannya bagus, dan tidak terlalu khawatir diangkut orang asing.
hehehehe itu plusnya, minusnya si mama capek sendiri karena kemana-mana dempet.
Kamis, 1 Januari 2015
Hari ini libur, dan mba baru ingkar janji.
Jumat, 2 Januari 2015
Hari ini, Ritza masih tak mau ditinggal mamanya,
masih tidak mau ikut neneknya. Hiks. Akhirnya, Ritza terpaksa diajak ngantor
lagi. Dan terjadi keajaiban. Ritza mau sama diajak beberapa teman kantorku.
Kalau dia pemilih, berarti tidak mau, tetapi mengapa ini kok
mau..hehehe..berarti ada criteria khusus bagi Ritza untuk mau..Aku mulai
mengamati teman-temanku..Kalau ibu-ibu, sama yang belum jadi ibu juga mau,
Kalau mau sama yang kerudung, yang ga pake kerudung juga mau. Tetapi ada
keseragaman yaitu mereka semua cantik, dan muda.. Kalau sama teman yang sudah
keriput Ritza menangis.
Aku dan suami mulai menganalisis satu
persatu..emh..tercipta kesimpulan.. Ritza takut dengan KERIPUT. Nenek kan sudah keriput. Dan kesimpulannya adalah Ritza
trauma tukang urut, dia kan keriput dan memakai kerudung. Jadi, kalau nenek ga
pake kerudung, Ritza mau tetapi kalau nenek pake kerudung, Ritza nangis seperti
orang digebukin.
Minggu, 4 Januari 2015
Kesimpulan sementara masih belum terbantahkan,
dan diperkuat dengan kedatangan budenya (kakak suami). Beliau masih muda dan
belum keriput. Ritza langsung nemplok. Kita langsung, melebarkan sayap
memperkecil kandidat ART dengan kriteria ANTIKERIPUT.
Senin, 5 Januari 2014
Doa kami perlahan mulai terkabul. Ada dua ART
datang sendiri ke rumah. Dua-duanya ibu-ibu dan belum keriput.
1) Mba A
Dulu dia asisten tetangga sebelah, resign karena tidak tahan dengan AC
mobil, kan sering bepergian jemput anak sekolah. Dia rumahnya Bojongsari,
keinginannya pulang sore dan mau pulang malam. Setelah aku menyampaikan kalau
mencari yang menginap, dia bersedia menginap. Anaknya sudah besar. Pernah TKW
dan dimadu oleh suaminya…hiks..bikin trenyuh.
2) Mba B
Yang ini juga asisten tetanggaku tetapi agak jauh, resign karena
mengurus anaknya yang sakit, setelah anak sakit, pengen balik lagi tetapi sudah
diisi oleh orang lain, sehingga dia butuh kerjaan. Orang Cirebon dan rumah juga
di Cirebon, minta 3 bulan sekali pulang, nengok kedua anaknya. Belakangan
diketahui pernah 2 tahun di Saudi.
Dan, akhirnya kami memilih yang mba B. Kami memanggilnya teteh. Hari
ini teteh akan datang tetapi waktunya belum jelas. Aku memilih untuk izin tidak
masuk daripada resiko, teteh diambil orang lain. Pusing euy…mikirin ART mulu
dari tahun baru..
Lebih-lebih teringat nasihat ibu: bahwa, tidak semua teman kantor itu
berempati karena kita tak punya ART. Mungkin ada yang tidak suka, sebal dengan
suara berisik anak atau tidak bebas tertawa, itu manusiawi, hati orang kita tak
tahu, dan kita menghindari hal-hal yang seperti itu atau mengantisipasi.
Yang kedua, kinerja kita juga jadi kurang efektif karena banyak megang
anak.
Yang ketiga, logikanya makin banyak ketemu orang, makin rentan anak terkena
virus-virus, apalagi anak-anak lebih rentan..dan makin banyak tangan yang
memegang, makin kita sulit mengontrol emosi anak. Apalagi, untuk tipe Ritza
yang agak milih-milih. Semoga, aku bisa menjaga Ritza agar selalu sehat.
Dan Alhamdulillah, doa terkabul, teteh datang. Dan Ritza langsung
nemplok..Jadi rencana awal yang mau menitipkan Ritza ke Bekasi dengan teteh
tidak jadi. Cukup di Depok saja, diawasi oleh nenek. Teteh ini sangat berbeda
jauh dengan mba lama. Perbedaannya:
1) Bangun tidur
Si teteh bangun subhuh dan
sibuk nyapu dan ngepel. Kalau si mba, seringnya aku dulu yang bangun
2) Inisiatif
Si teteh inisiatif soal kerjaan, ada cucian
dicuci, nyikat kamar mandi ga nunggu disuruh… Di awal kerja belum kuajarin pake
mesin cuci, sama mba cucian dicuci manual. kalau mba dulu inisiatif soal
makanan..hihihi..apalagi kalau aku lupa belum nawarin..
3) Masak
Teteh sering masakin kita dan lebih variatif,
lebih punya banyak kreasi masakan, masakannya juga lumayan. Kalau mba dulu
belum bisa masak dan kuajarin masak jadi masaknya ya tumis dengan bumbu sederhana,
cabe dan bawang aja dan seringnya rasanya sama asin. hehehe. Soal buat yang
lain, belum bisa. Tetapi, soal masakan, tetap kata suami masakanku tetap paling
enak… Tetapi kalau nanggung, bolehlah diandalkan tetah ini. Pulang kerja selalu
masakan masih hangat, bangun tidur juga sudah ada makanan yang hangat.
4) Bicara
Teteh sekarang pendiam, tetapi rame ke anak. Kalau mba dulu rame ke siapa
aja, hehehe ke aku rame ke anak apalagi..
5) Rapi
Teteh lebih rapi daripada mba, sehari bisa ngepel 3 kali, kalau mba
sekali aja..
6) Arena bermain
Teteh suka main ke taman, ke halaman dan anak sekitar. Kalau mba arena
bermainnya di atas tempat tidur..jadi dulu sprei cepet banget kotor…
7) Membiarkan waktu berdua
Teteh memberikan waktu berdua sama suami, kalau suami datang, teteh
biasanya sibuk di kamar. Kalau mba ikut gabung..hahaha..tidak risih juga kalau
pas kita sedang bermesraan.ajaib..
8) Sabar
Teteh lebih sabar mungkin karena sudah biasa nanganin anak. Kalau mba,
sering nyerah dan kalau nangisnya susah ditangani selalu diserahkan ke
mamanya..tak peduli mamanya lagi sholat atau baca Quran..hahah
9) Setrikaan
Kalau teteh tiap kali selesai nyuci hari itu juga nyetrika, jadi tak
ada cucian bersih numpuk. Kalau mba nyetrikanya kalau malas bisa seminggu
sekali.
10) Mandi
Teteh kalau mandi subhuh dan cepat. Kalau mba mandinya sering
males..hehehe
11) Jujur
Insya Allah keduanya jujur.
12) Bepergian
Teteh lebih suka bawa dede daripada bawa barang, jadi si papa bawa
barang. Kalau mba lebih suka bawa barang dariapda bawa dede, jadi mama papanya
yang gendong gentian.kikikik..
13) Makanan
Keduanya suka makan, tapi kalau teteh ga selalu dihabiskan, kalau mba
selalu habis..jadi, pas aku hamil naik 12 kg, si mba selama 9 bulan naik 14
kg.hihihi
Teteh juga gampang makan, makanan pagi sore masih mau makan, kalau mba
ga mau, jadi seringnya dibuang.
14) Susu
Kalau teteh
nidurinnya ditimang-timang, kalau mba ditidurin pake susu.
15) Bahasa
Soal bahasa, aku
jadi banyak belajar bahasa sunda..secara teteh sering ngomong sunda, kalau si
mba..ngapakers..
16) Jalan
Teteh pada dasarnya
suka jaga rumah, kalau mba seringnya ikut gabung..
17) Pulang
Teteh minta tiap 3
bulan pulang, kalau mba males pulang..hahaha
Itulah, tiap orang
unik dan menarik..hihihi.. hari ini aku tetah resmi masuk. Dan ketika teman
suami menanyakan suami dengan lantang “Hore aku dah dapat pembantu”. Dan teman-temannya
langsung nitip dan cari tahu dapat dari mana.. Kata-kata suami yang nyebelin
adalah “Tiwi kan nafsunya gede, tekadnya kuat kalau punya keinginan ya siapa
aja dimintai bantuan”.
Eh, teman-temannya
menginterpretasikan ke arah cabul, “Enak dong..nafsunya gede, cocok sama
kamu..hahaha”. Begitulah, candaan mereka.
Dan aku patut
bersyukur tidak butuh waktu berbulan-bulan untuk mencari pengganti. Karena
banyak orang yang dari lebaran belum dapat juga. Semoga teteh betah dan terutama
sayang ade, biar aku tak pusing lagi mencari pengganti…amin
Memang Mencari Pembantu (ART), Tak Semudah Mencari
Pacar. Aku sampai bela-belain tahajud biar dimudahkan cari pembantu,
sementara aku ga pernah tahajud buat nyari pacar, kebanyakan datang sendiri.
Awal Januari, 2015
Saat keluar dari prahara dari tak punya pembantu
Kl ada lagi aku mau mba.. Infoin ke dewi.fatima@gmail.com
BalasHapusAku susah bgt dpt art mba untuk babyku