Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Apa yang Terjadi pada Diriku

Gambar
Entah mengapa kaki ini melangkah menuju komplek Masjid At Tin. Masjid di komplek Taman Mini Indonesia Indah yang dibangun oleh Yayasan Ibu Tien. Jika dari luar terlihat hamparan taman yang luas dan pohon rindang, begitu sejuk. Ketika kaki melangkah menuju arah muka masjid, terdapat jalan yang terletak di kanan dan kiri plaza. Bagian muka masjid tersebut secara terinci menampilkan tiga lekukan anak panah yang bagian tengahnya didominasi dengan warna abu-abu. Motif yang ditampilkan pada lekukan berbentuk anak panah ini sepintas menyerupai tebaran bunga, karena dihiasi oleh sejumlah gambar bermotif bunga di tengahnya. Selain tiga lekukan berbentuk anak panah tersebut, juga terdapat dua lekukan anak panah lagi (ukurannya lebih kecil) pada sisi kanan dan kiri dinding masjid. Selain itu juga tampak dari bagian muka masjid sebuah kubah utama yang diapit oleh empat kubah kecil. Pada bangunan kubah-kubah kecil ini juga dipenuhi lekukan berbentuk anak panah yang lebih tinggi dan runcing. Dari b

Serinai Kinai

Gambar
Kami berdua duduk di halte kota Harapan Indah. Tak banyak yang kami lakukan. Di samping kanan ada dua wanita tengah asyik berfoto-foto. Ehm..ada orang narsis rupanya.  Halte ini tak terlalu menarik, hanya bersih kondisinya. Tak banyak yang duduk di sini.Di sebelah kiri ada laki-laki yang duduk.  Sementara wanita di sampingku pun lebih banyak diam, memang pada dasarnya dia pendiam. Aku pun bingung ingin mengajak bicara apa atau mau mencari topik pembicaraan apa, karena semua sudah kuceritakan. Kali ini aku memilih diam. Aku melihat lampu kota ini. Pikiranku pun menerawang jauh. *** Di beranda rumah. Omku yang bekerja di PLN tengah memperbaiki lampu teras di depan rumahku. Lampu penerangan di desa kami tepatnya kelurahan karena di kepalahi pak lurah, diusahakan swadaya oleh warga. Jadi, wajar kalau cahayanya agak redup, tidak seterang lampu kota. Di depan rumahku terhampar sawah nan hijau. Di atasnya melintang kabel-kabel listrik yang saling terhubung dari tiang-tiang besar. Kata bapakku

Tetirah Embun

zikir embun menengadah di lekuk daun memanjatkan makna hingga mentari   menghapus beningnya ia tetap pasrah dalam tetirah khusyu’ berserah nadirkan resah sampai   garis inkarnasi meniup sejukmu kembali esok pagi

Surat Terakhir

Surat Terakhir Puisi ini, mas… Adalah surat terakhir untukmu Bila ada waktu bacalah Sekedar mengingat kenangan Harumnya masih beraroma sama Tak perlu ada tangis, Karena waktu masih sama Perjalanan baru lepas pekarangan Ada kuncup bunga seruni akan menyelimuti dari gigil hujan Sayap-sayap mata angin akan memberimu arah baru Tempat embun dan mawar bercerita Tentang sejarah bebunga layu di taman hatiku Lalu, bila nanti angin utara menyapamu Derai rumputan menjadi saksi bisu Ceritakan pada dedaunan tentang aku Lalu biarkan menjadi masa lalu Tanpa titik debu Mas… Kalau di penghujung musim ini aku lupa menulis puisi Sementara di beranda dengan khidmat kau menyulam sunyi Menanti kabar elang membawa surat rahasia Maka inilah doa penghabisan setelah airmata runtuh di dadaku Mas… Ilalang yang melambai waktu itu.. Adalah tarianmu yang tak bosan kuterjemahkan pada bahasa rindu Rinduku pada senandung gemuruh hujan Ketika daun hatimu menguning berhenti mengucap salam Aku telungkup di bawah dad