Serinai Kinai

Kami berdua duduk di halte kota Harapan Indah. Tak banyak yang kami lakukan. Di samping kanan ada dua wanita tengah asyik berfoto-foto. Ehm..ada orang narsis rupanya.  Halte ini tak terlalu menarik, hanya bersih kondisinya. Tak banyak yang duduk di sini.Di sebelah kiri ada laki-laki yang duduk. 
Sementara wanita di sampingku pun lebih banyak diam, memang pada dasarnya dia pendiam.
Aku pun bingung ingin mengajak bicara apa atau mau mencari topik pembicaraan apa, karena semua sudah kuceritakan. Kali ini aku memilih diam. Aku melihat lampu kota ini. Pikiranku pun menerawang jauh.
***
Di beranda rumah. Omku yang bekerja di PLN tengah memperbaiki lampu teras di depan rumahku. Lampu penerangan di desa kami tepatnya kelurahan karena di kepalahi pak lurah, diusahakan swadaya oleh warga. Jadi, wajar kalau cahayanya agak redup, tidak seterang lampu kota. Di depan rumahku terhampar sawah nan hijau. Di atasnya melintang kabel-kabel listrik yang saling terhubung dari tiang-tiang besar. Kata bapakku, dulu warga kami swadaya membeli tiang–tiang besar dan kabel. Jika saat itu karsa warga kurang mungkin ketika aku lahir listrik belum masuk desa.
Begitulah yang kusuka dari kelurahan ini, tidak tampak jalan rusak di sini, kalaupun ada jalan yang agak rusak. Kami swadaya memperbaiki. Berbeda dengan kota yang membiarkan jalan rusak, karena merasa sudah ada pihak yang berkewajiban mengurusi. Padahal orang kota, kan kaya-kaya. Itulah perbedaan kesekian dari pola pikir orang kota dan desa. Kerinduan akan gotong royong itulah yang membuatku nyaman tinggal di desa.
Masih kupandangi kabel yang melintang itu. Andai kabel ditanam di tanah tentu tidak mengganggu pemandangan hamparan sawah.
“Om, bisa ga sih kabel itu di tanam di tanah?” tanyaku.
“Bisa aja, tapi ya butuh biaya yang mahal” jawabnya, dilanjutkan dengan cerita bahwa harus disyukuri listrik sudah masuk desa, dulu susah payah warga mengusahakanya.
Pemahaman tentang itu pun kembali terkuak ketika tahun 2004 aku melihat perumahan di jogya bernama Casa Grande. Jaringan listrik di perumahan itu ada di bawah tanah, sehingga tak terlihat pemandangan kabel di atas. Begitu juga perumahan kakakku di perumahan Delta Mas Surabaya. Ketika aku mendatangi Kota Harapan indah, pertama kesan yang ada adalah mengenai jaringan listrik di bawah tanah. Dan aku pun punya mimpi untuk memiliki rumah dengan jaringan listrik di bawah tanah.
***



“De, itu bisnya sudah datang” wanita disampingku membuyarkan pikiranku. Aku menoleh, sudah ada bis Primajasa jurusan Kota Harapan Indah-Bandung. Kami menaiki bis. Bis sudah terisi penuh, beruntung kami mendapatkan tempat duduk berdampingan.
“Dingin ga de?” Dia menanyakan sambil membenarkan lubang AC.
“Engga” jawabku
“Kalau dingin nanti pake jaketku aja. Kan km ga bawa jaket” tanyanya.
Aku membalas dengan senyuman. Kernet mulai menarik uang bis. Tarif bis 37 ribu. Wanita di sampingku memberikan 100ribu padaku. “Pake ini aja “ katanya. Aku menolak. Tapi dia memaksa.
Seperti biasa, ketika naik kendaraan rasa kantuk mudah sekali hadir. Bis ini nyaman, AC tidak terlalu dingin, bis juga lengang. Samar-samar mata mulai terkatup.
“Tidur ya de? gimana sih ditemenin malah tidur” dia mengagetkanku.
Aku mencoba menahan kantuk dan membuka mata.Walau tetap saja mata merem.
“Udah tidur aja, nanti aku gangguin” sambil tertawa katanya.
“Mba ga tidur?” tanyaku sambil menahan kantuk.
Dia membalas dengan senyuman
Suasana hening. Dan akupun tertidur pulas. Terdengar suara kondektur membangunkan tidurku. Aku mencoba membangunkan wanita di sebelahku. Kami turun di terminal Leuwi Panjang dan naik jurusan DAGO. Suara hpku bordering. Ternyata dari Budeku. Memberi info, kapan harus turun dan dimana. Bude menyuruh turun di ITHB (Institut Teknologi Harapan Bangsa). Jika dah sampai Gasibu berarti kelewat. Aku bilang sama kernet.

Gasibu
Kernet memberi aba-aba kl sudah sampai ITHB. Begitu turun ITHB sudah ada Budeku menyambut kami. Kami cium tangan dan mengajak ke rumah Bude. Mas numpang sholat.
***
Rumah Bude masih seperti dulu, gaya klasik. Di rumah Bude ada 3 kamar, 1 kamar Bude, 1 kamar Mbak Mul anak Bude dan 1 kamar tamu. Ada banyak foto di rumah Bude. Ada foto aku dan mbak kandungku waktu masih kecil. Foto Bung Karno yang sangat gagah. Sementara di meja sudah ada gorengan, pisang, jeruk dan makanan ringan.
Setelah bude menyuruh makan, kami lebih banyak ngobrol di toko kelontong milik bude. Bude bercerita dia mempunyai 20 kamar kos. Kalau dirata-rata Bude mendapat 4 juta dari kos-kosan. Dan omzet toko kelontongnya sekitar 10-15 juta. Satu hari aku sebagai pelayan toko saja dapat 2,5 jutaan. Rasanya malu, Bude yang pensiunan saja bisa mendapat 4 juta per bulan. Jauh di lubuk hati, ada rasa kagum terhadap cara pengaturan uang dengan cara Bude.
Tiap hari jumat Bude tidak menjaga toko karena mengikuti pengajian, sedangkan hari sabtu pak de yang ikut pengajian. Keduanya telah berhaji dengan mengumpulkan uang tabungan.Tiap bulan menabung 500ribu. Hari ini hari jumat tetapi Bude tidak datang ke pengajian karena kedatanganku. Bude menanyakan pada ibu2 yang tengah pulang dan bertanya bagaimana isi pengajian tadi. Teman Bude menjelaskan tentang isi pengajian.
Tak berapa lama Bude menanyakan berapa jumlah rekening tabungan hajiku. Aku tidak tahu pastinya, yang jelas tiap bulan otomatis dipotong 200rb untuk tabungan haji. Mungkin kalau uangku hanya untukku bisa menyisihkan lebih banyak untuk haji, dalam hati berkata. Tapi aku harus mengatur untuk mengirim mbah kakung, Bude (yang kupanggil ibu) di rumah. Kuurungkan niat untuk membesarkan alokasi untuk haji. Takut kalau ada kebutuhan yang mendadak misalnya biaya rumah sakit. Kebetulan Pakde (yang kupanggil bapak) sering sakit-sakitan. Biarlah meskipun ini bukan kewajiban ku krn bukan anak kandungnya. Ini salah satu jalan membalas kebaikan mereka. Walau sampai kapanpun kebaikan mereka tak akan mampu kubalas. Asal semua bahagia dan sehat aku pun ikut bergembira. Uang bisa dicari, senyum mereka berharga untukku.
Bude menanyakan berapa gajiku. Aq jawab bahwa gajiku 1,6 juta standar gaji  gol 3A. kalau sudah 100 persen sekitar 1,9 juta. Bude gak kaget bagaimana bisa aku hidup 1,6 juta dan masih bisa menabung untuk haji 200rb, kontrakan 500rb. Sementara Bude membandingkan dengan anaknya yang gaji 1,7 tinggal bersamanya tapi tidak bisa menabung. Barangkali orang yang mengontrak/kos cenderung bisa pandai mengatur uang daripada orang yang tinggal bersama orang tua atau tinggal di rumah milik keluarga. Itu asumsiku. Ya begitulan uang tunjangan lebih sering kukirim ke rumah daripada kupakai. Alhamdulillah aku sehat walafiat dan masih hidup dengan uang dari gaji pemerintah.
Bude menasihati bahwa apapun dalam hidup harus disyukuri, melibatkan Allah dalam tiap langkah kita. Aku pun merasakan. Dulu uang 1,6 juta pun habis, setelah dikurangi 200 rb untuk haji, juga tetap cukup malah seakan uang bertambah dari kegiatan lain. Tiap bulan ada saja uang yang masuk, 500rb, 200rb bisa menambah tabungan untuk bulan depan. Tiap bulan kurutinkan memberikan sesuatu kepada tetangga, semampu kita, entah kue, buah dan seakan rezeki makin lancar. Dulu di kontrakan yang dulu, sering sekali baju kehujanan, yang rumah cerocoh. Tapi Alhamdulillah setelah aku pindah, bergaul baik dengan tetangga. Banyak rezeki mengalir, baju tak pernah kehujanan, sering tetangga memberi sesuatu yang kita suka, lebih ramah, aman. Ya mungkin ini kebetulan tapi menurutku kebetulan yang sudah diatur sm Allah. Alhamdulillah.




Sore harinya, aku pergi ke PVJ (Paris van Java) dengan Tante Om dan 2 anak cewenya. Aku juga dikenalkan dengan pacar anak pertama Om. Anak kedua Om nyeletuk.
“Lihat mbak ini, pacar kak anu dan pacar aku, semuanya matanya sipit” diikuti ger suara tawa daris semua. Aku juga baru sadar kalau banyak keluarga dari pihak Almarhum mamah yang sipit. Ah…. Besok aku harus minta maaf pd temanku krn sering ngegodain dia dengan kesipitannya.hehhehe
PVJ seperti mal-mal di Jakarta. Aku tak terlalu suka belanja. Perbedaannya dengan mal di Jakarta adalah baju-baju or sejenisnya di bandung modelnya lebih lucu dan murah, patut jadi tempat yang rekomended untuk berbelanja. Om menawari aku berbelanja tapi aku sudah tak minat, karena badan capek akibat tadi kelamaan di bis. Musim liburan kali ini emang luar biasa jumat, sabtu minggu. Jadi aku berangkat jam 9 nyampe Leuwi Panjang jam 12. Kalau tidak ingat silaturahmi, malas rasanya macet di jalan. Aku ingat bahwa silaturahmi memperpanjang usia. Itu salah satu manfaat silaturahmi. Lagipula aq sudah tak punya bapak ibu, lalu siapa lagi selain aku sebagi anak yang menyambung persaudaraan dengan keluarga. Kalaupun ada apa2 tentu yang direpotkan keluarga besar.Itulah pemikiranku, dan yang memotivasi aku untuk silaturahmi. Macet yang berjam2 seakan terbayar dengan senyum saudara/ kerabat yang sehat dan ceria. Macet juga terjadi di area parker PVJ. Untuk keluar dari parkiran, kita menunggu berjam2 di dalam mobil. Jam 11 kita sampai.Aku tidur di rumah Bude dan mbak kinai tidur di rumah Om.
***
Tiket Trans Studio
Ni gambar di pintu masuk dunia lain


Pagi hari omku sudah main golf. Tante mengantarkan aku ke Trans Studio. Trans studio tempat bermain seperti di dufan, bedanya kalau di trans studio berada di dalam ruangan/indoor. Tiket masuk 200rb. Setelah mencoba berbagai wahana, ada sedikit rasa kecewa. Seperti saat naik giant swing, terbayang, wah bentar lagi lebih tinggi seperti di dufan, ternyata hanya seperti itu. Begitu juga ketika masuk wahana dunia lain, nyaris aku tak ketakutan dan tak berteriak. Aku berteriak karena kaget belakang kursiku ada cewe teriak. Jadi aku kaget bukan karena hantunya tapi karena teriakan mbaknya. Setelah puas, aku makan di trans, sedikit melihat2 barang2 di metro. Barang2 di bandung lebih bagus dari pada Jakarta, lebih lucu dan murah.Kami menjemput om.


Sekarang dah banyak coretan di tulisan DAGO
Ni brownis yg ane bawa
Perjalanan dilanjutkan ke jalan Sultan agung di dago, menemani orang disampingku membelikan kakaknya kemeja di RSCH. Setelah itu, Tante mengajak ke brownis ananda. Sebetulnya di Jakarta ada banyak yang menjual brownis ini, tapi karena gratis dibelikan Tante jadi siapa yang bisa nolak.heheheh
Aku pamit Bude dan Bude memberikan uang padaku dan mbak Kinai. Aku sudah berusaha menolak karena memang aku sudah besar dan sudah ketuaan kalau masih diberi angpaw. Tapi melihat Bude yang cembetut akhirnya diterima jua. Alhamdulillah.
Om mengantarkan aku sampai ke terminal Leuwi Panjang. Entah aku punya feeling bahwa kita akan marahan. Om mengantarkan kami sampai depan terminal. Setelah cium tangan, kami masuk terminal mencari bis Primajasa.
“Ni masih jauh lho de” dia berkata demikian, maksudnya memberi tahu. Tapi aku menangkap sebuah keluhan bahwa jalannya masih jauh dan mengapa tidak diantarkan agak kedalam.
“Mba, dah Alhamdulillah kita dianterin kemana2, masih ngeluh jga” kataku dengan nada agak keras.
Dia diam, dan perjalanan kita lebih banyak diam. Baru setelah di dalam bis dia bertanya kembali.
“kamu kenapa sih de? Bilang keras-keras di jalan sama aku”
Aku menangis. Aku ga jawab. Dia menghapus tangisku pakai tisu.
“Menangislah, nanti kalau sudah tenang baru bicara “ tanyanya berusaha menenangkan hatiku
Setelah tenang baru kami bicara dan ternyata hanya salah paham. Kami saling maafan dan seperti biasa kembali. Itulah kami, marahan ga kuat lama2. Dia memberi nasihat agar aku melancarkan kembali menyetir mobil dan memanfaatkan SIM A yang sudah dipunyai. Dia bilang, bahwa kita bisa kapan saya diambil Allah sehingga jangan bergantung. Kalau nanti Om sibuk, kan bisa pinjem mobilnya aja terus disetir sendiri. Jadi tidak merepotkan. Bukankah kita datang sendiri dan pulang sendiri.
Dia memberikan pendapat tentang keluarga Omku yagn kelihatan cuman haha hihi, selalu bahagia. Omku suka main golf dan sering ikut turnamen golf. Kedua anak perempuan suka dancer dan sudah jadi professional dancer. Tiap minggu ada tawaran manggung. Anak pertama kuliah di Sastra Jepang UNPAD dan kedua masih SMA. Pacar mereka juga dancer, pacar anak pertama sudah bekerja. Keluarga Om dan Tante punya prinsip harus dekat dengan pacar-pacar anak2nya dan menganggap meraka anak juga. Selain itu, Tanteku pandai bergaul sehingga dia juga akrab tidak hanya dengan pacar2 anaknya atau teman2 anaknya tetapi juga akrab dengan orang tua mereka. Ada timbul kekaguman, bahwa pendidikan sekarang beda dengan dulu. Anak terakhir Tante laki-laki dia mempunyai hobi game, bisa 24 jam berada di kamar ngegame. Prinsip Om dan Tante selagi nilainya bagus2 tidak masalah. Jadi ingat Almarhum Bapak, dulu aku boleh ikut organisasi macam2 dr BEM KM UGM, KMIB (kelurga muslim ilmu budaya), HMI dll asal IPK tetap cumloude dan tidak melanggar norma. Kekaguman lain terhadap tanteku adalah dulu dia mendapatkan promosi jabatan di sebuah BUMN ternama, tetapi di usia 40 tahun dia memutuskan pensiun dini dan lebih memilih mengikuti suami pindah ke Mataram, Kupang. Tante meninggalkan kariernya yang sedang bagus demi keluarga. Berani menikahi Omku yang saat itu belum jadi apa2 juga sebuah tindakan yang patut diacungi jempol. Tante juga member nasihat ke Mbak Kinan dan aku tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis keluarga.
Dia juga berterima kasih dan mulai bercerita tentang kakaknya yang mulai mengenakan jilbab. Meskipun belum sepenuhnya pake jilbab, masih kadang dilepas. Tapi apapun itu harus disambut dengan kebaikan. Dulu dia bercerita waktu menyuruh kakaknya pake jilbab, kakaknya bilang “gerah ah pake jilbab, kan tahu sendiri Jakarta panas”. Memang aneh, awal mula memang terasa gerah, itu tak dapat dipungkiri tetapi lama-kelamaan juga seakan jilbab ga da pengaruhnya, pake gerah, ga pake juga gerah.
Menurutkua berdasarkan beberapa pengalaman, ada banyak cara berdakwah pada orang yang belum memakai jilbab. Ada orang yang tipe A. dia menyukai membaca Al quran, apapun harus disertai ayat, misal di Alquran ada ayat yang menyebutkan kalau wanita yagn tidak menutup auratnya tidak akan mencium bau syurga. Si wanita tipe A akan timbul fitrahnya dan memakai jilbab.
Ada juga tipe B yang logika dan melihat kondisi sekitar, pakai jilbab ga jaminan, nyatanya masih banyak orang merek, nyuri, ngebom juga pake jilbab. Betul, memang tidak jaminan, mau pake jilbab atau engga ga da bedanya. Yang ga pake jilbab merek, nyuri, ngebom juga banyak. Ya silakan dipilih saja mau yang mana. Apapun pilihan nya pun pasti ada resikonya. Pake jilbab takut dibilang munafik, ga pake takut dibilang genit. Sama aja. Kalau pandangannya karena masih takut pada penilaian orang akhirnya tak memilih keduanya. Yang perlu diperbaiki adalah orientasi qt haruslah Allah, libatkan dia dalam pemenuhan keputusan. Kl sudah UUA (ujung-ujungnya Allah)  mau dibilang munafik atau sok suci, lucu , katro dll ya biarlah, toh maha penilai yang objektif adalah Allah. Kita harus lebih gelisah dipandang “siapa elo” oleh Allah drpd oleh makhluk, karena hidup juga UUA (ujung-ujungnya akhirat). Label ‘gaul, modis, cantik, dll” tidak terbawa sampai mati. Yang ada 3 hal : ilmu yang bermanfaat, anak yang sholeh dan ilmu yang bermanfaat.
Ada lagi tipe C, tipe C ini tidaklah perlu banyak dalil atau diskusi macam2. Dia tipe empiris atau tipe merasakan sendiri. Belum percaya kalau air mendidih tandanya bergelembung, belum percaya kalau suhu 100 derajat celcius sudah mendidih, dia maunya nemplungin tu tangan dia ke air yg dianggap mendidih, kalau tangan sdh melepuh baru dia percaya.Susah juga yah berdakwah sama tipe ini, masa qt nyuruh dia mati dl bru dia sadar mesti pake jilbab. Ya kl dia idup lage, kl masung bablas, begimane. Ya apapun itu mulailah dengan awal yg baik, niat qt baik agar ke syurga bereng2 atau bahasanya jama’i. Klo ga inget kalo ke syurga mesti bareng2, ibadah mesti bareng2, berdoa agar kel dijauhkan dr neraka, pengen deh beribadah total sendiri dan ga mikirin tu org mau begimane. Salah2 qt dianggap sok suci, kaya udah bener aja, ksh tahu org lain. Ya itulah, lagi2 Allah pinter kasih ayat yg menerangkan tentang berdakwahlah walau 1 ayat. Jadi meski qt belum apal Alquran 30 jus dan blm apal 1/3 hadis, itu tidak menghalangi qt berdakwah. Atau mengira dakwah ya buat para kyai aja, nti kl qt berdakwah kasihan kyai ga da kerjaan. Barangkali pendapat itu juga ada di kalangan kita. Padahal ayat itu bukan hai para kyai atau hai orang2 Arab atau hai nabi, tapi buat kita semua. kembali pada tipe ini.
Tipe ini paling banyak kutemui. Setelah kunilai, lagi2 penilaian sekilas, atau pendataan lah istilahnya, pendataan terhadap kakaknya dia, bahwa dia termasuk tipe ini. Trus gimana caranya? Perbanyaklah contoh yang baik, jangan selalu disalahkan kamu ga bener kamu bener. Nti kabur malah jauh dr hidayah Allah karena dia sendiri ga mau nyari tu HIDAYAH. Mulailah mendekatkan diri secara emosional, mendengar dia curhat, mengomentari, meberi nasihat secara pelan2, apalagi statusnya kakak jd mesti ekstra hati2. Itulah agak tertantang kalau berdakwah ke orang yg lebih tua krn kecenderungannya (tdk semua) orang yang lebih tua punya pemikiran “aku lebih segalanya dr kamu yg lbh muda, aku kakak yg udah sekian tahun (bangga dgn ketuaannya) smntara kamu baru anak..tahun, tahu apa kamu bla bla”. Padahal jelas yg di Al quran yang membedakan antar orang itu bukan ketuaannya tp “kadar ketaqwaannya”. Ketahuan banget jarang baca quran tuh. hihihi..Itulah anehnya, diujung dunia manapun orang bangga dengan awet muda, tapi ada beberapa orang yagn bangga dengan ketuaannya terutama saat beginian.
Tipe ini lebih banyak diberi contoh. Seperti contoh mbak iparku dari sepupu, masku mulai membelikan jilbab, baju panjang yang bagus, kita juga buat seragam muslim yang bagus. Tiap mba pake jilbab dipuji “Cantik bu” dan mas lebih perhatian, sayang , dan lembut sama dia, otomatis dengan pake jilbab mbakku lebih ngrasa nyaman. Tanpa dinyana2 dan disangka, mbak iparku mengubah penampilan dengan menutup aurat. Itu semua karena Allah dan kita sebagai keluarga mengkondisikan itu. Ternyata cara ini juga di lakukan oleh mba Kinai, dia mulai membelikan kakaknya baju, lebih care sm kakaknya, lebih baik dll. Dan berawal dari niat baik, akhirnya kakaknya pun mulai menutup auratnya. Alhamdulillah, segalanya kembali pdMu. Kalaupun ada pujian yagn berhak dipuji hanyalah diriMu.
Pernah salah satu teman mengatakan bahwa niat yang baik akan terpancar dari tindakannya, perkataannya. Dan itu berjalan secara alamiah tidak dibuat2. Jadi buat rekan2 kita yang belum menutup aurat, semoga niat baik itu tetap ada.
           

Pondok Cabe, medio Maret 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio