Melatih Toilet Training pada Anak

Awalnya Nyari Hello Kitty Apa Daya Seadanya


Claritza (16 bulan), anak saya mulai tertarik dengan kegiatan di kamar mandi layaknya orang dewasa. Ketika main dan pamit pipis ke kamar mandi, dia yang awalnya mengizinkan, sekarang inginnya ikut, mengamati apa saja yang saya lakukan ketika pipis. Ritza, nama panggilan anakku, mulai memperhatikan dan ikut-ikutan menekan tombol flash atau memperhatikan bagaimana saya membersihkan daerah kemaluan ketika pipis.
Selain itu, Ritza mulai sibuk memakai celana dan melepaskannya. Muncul dugaan bahwa Ritza sudah mulai tertarik dengan urusan kamar mandi, bahasa kerennya toilet training.
Kita ketahui bersama bahwa anak adalah manusia kecil yang pengetahuannya berawal dari nol. Maka tanggung jawab orangtuanya lah untuk mengajarkan dan membiasakan hal-hal baik untuk jadi nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya, bahkan sejak dia masih bayi. Jadi, bila anak kecil nakal, atau dalam hal ini sudah besar masih belum bisa ke kamar mandi, bukan anaknya yang salah. Tapi, kitalah orangtuanya yang harus mempertanyakan diri sendiri, apakah sudah maksimal mengajarkan kepada anak? Saya pernah dengar, tapi lupa kutipan dari siapa, bahwa toilet training adalah pelajaran disiplin kepada anak yang paling awal dalam hidupnya. Maka, kita harus berusaha supaya ‘pelajaran’ awal ini berhasil.

Kapan memulai?
Bisa Dimulai Sejak Usia 2 Bulan
Memang untuk mengajarkan toilet training pada anak gampang-gampang susah. Namun demikian sebagai orangtua tetap perlu mengajarkan pada anaknya. Untuk mengajarkan toilet training pada anak bisa dimulai sejak usia 1 sampai 3 tahun. Pada saat usia tersebut, si anak harus mampu melakukan toilet training. Jika si anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri boleh jadi anak pernah mengalami hambatan.
Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya, orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah. Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.
Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training, tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan jadwal kedisiplinan.
Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.
Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.
Dalam melatih kemandirian anak untuk perihal BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun harus bisa.

Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:
1.      Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit pun, -
2.      Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,
3.      Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun basah.
4.      Tertarik dengan kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain di dalam rumahnya.
5.      Minta untuk diajari menggunakan toilet.

Tahapan Toilet Training
Berbekal browsing ilmu, saya  ingin membagi tips melatih anak toilet training. Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:

1. Kenali waktu yang tepat.
Saat anak sudah bisa berkomunikasi dua arah dengan kita maka sudah bisa dimulai toilet trainingnya. Artinya, dia sudah mengerti hal yang orang lain katakan dan dia pun sudah mampu menyampaikan keinginannya atau setidaknya memberi tahu kita dengan bahasa yang sederhana.
Dan menurut saya, paling baik dimulai ketika anak sudah bisa berbicara, walaupun cuma sedikit. Karena kalau tidak, dia tidak akan bisa menyampaikan maksudnya dan kitapun masih sulit menangkap ‘bahasa’nya, kecuali kita mau mengajarkan dengan isyarat atau bahasa tubuh, bila ingin pipis atau pup.
 Dengan mengenali waktu yang tepat, lebih mudah menyuruhnya “pipis ya!”, dia akan mengerti, atau kalau dia ingin bilang, dia sudah bisa menyampaikannya pada kita.

2. Membiasakan waktu rutin pipis ke kamar mandi.
Ini adalah langkah awal untuk mengajarkan toilet training pada anak. Bisa 1 jam atau 2 jam sekali, kita membiasakan anak ke kamar mandi dan mengajaknya untuk pipis. Ibu jangan kaget kalau awal-awalnya anak ibu belum ‘ngeh’ dengan aktivitas ini. Sudah diajak ke kamar mandi, dia tidak pipis juga. Begitu sedang bermain, dia malah pipis. Tidak perlu gusar dan kecewa pada anak, apalagi menyerah dan buru-buru mengecap anak tidak mau toilet training. Saya lihat, justru banyak di tahap awal ini ibu-ibu banyak yang gagal karena tidak sabar. Pada awalnya, aktivitas ini adalah pengenalan.
 Pertama-tama mungkin anak tidak mengerti maksud kita, tapi begitu ini kita lakukan secara komit dan berlangsung setiap hari, anak akan mulai mengerti bahwa ibunya membawanya ke kamar mandi untuk pipis.
Tips di langkah awal ini, supaya anak mudah ‘mengeluarkan’ pipisnya adalah dengan membuat suara ‘ssshhhh sshhhh ssshhhh’ :D Aaah, ibu pasti mengerti lah..sound untuk memancing anak pipis, hehe.. Anak juga pasti belajar bagaimana cara mengeluarkan pipis saat dia belum terlalu pengen. Untuk anak saya, cara ini cukup berhasil, dia ‘ngeh’.

3. Selalu mengingatkan anak supaya memberitahu bila ingin ke kamar mandi.
Berbarengan dengan memulai rutinitas ke kamar mandi, selaluuu jangan lupa dan jangan bosan pesankan kepada anak “kalau mau pipis bilang ya sayang, pipisnya di kamar mandi..jangan lupa yaa”, kadang saya juga suka menambahkan “kakak kan sudah besar, anak besar pipisnya di kamar mandi ya, tidak ngompol lagi”, untuk sugesti positif buat anak. Pesan ini selalu kita sampaikan, bahkan ketika dia sudah mendekati tahap terakhir (berhasil) toilet training. Memberitahunya pun bisa kapan saja, di sela-sela mainnya, di waktu makannya, di waktu dia mandi, kapan saja..tidak mesti menunggu menjelang waktu rutin ke kamar mandi. Dengan ini, dia selalu ingat maksud ibunya.

4. Pup juga harus ke kamar mandi.
Di awal-awal mungkin kita lebih mudah membawanya ke kamar mandi untuk pup daripada pipis, dengan mengenali raut wajah. Tapi, saya perhatikan, lama-lama tanda ini mulai menghilang. Anak mulai lebih ‘smooth’ ketika pup supaya tidak kebaca sama ibunya :p Dan ketika toilet training mulai, malah pipis yang lebih mudah dibandingkan pup, karena mereka bisa menyembunyikan kalau mereka lagi pup, jadi kita tidak sempat membawa ke kamar mandi. Sedangkan rutinitas ke kamar mandi, lebih mudah untuk pipis kan, kalau pup kan sehari paling cuma sekali dua kali, tidak mungkin tiap ke kamar mandi disuruh pup. Jadi, ketika toilet training sedang berjalan, mungkin pipis akan lebih sering di kamar mandi, tapi anak masih sering pup di celana. Maka, ibu-ibu di sini mesti tetap berusaha memberi tahu anak bahwa pipis dan pup sama-sama harus ke kamar mandi. Lama-lama dia juga akan bisa menyampaikan keduanya.
5. Sediakan training pants untuk memudahkan ibu dan anak.
Sekarang training pants banyak dijual di mana-mana, terutama online shop. Dengan adanya training pants ini, pertama bisa memudahkan ibu, karena kalo anak ternyata kebelet pipis dan tidak mampu menahan sebelum ke kamar mandi, pipisnya akan tertampung sementara, tidak akan berserakan dan mengotori rumah. Ini kan yang membahagiakan ibu-ibu, terutama saya, hehe..jadi mengurangi repot karena membersihkan bekas pipis. Dan yang kedua, manfaatnya juga bagi anak. Dia akan mulai merasa ketidaknyamanan karena pipis di celana, yang membuat pantatnya basah. Lama-kelamaan dia akan sadar pipis di celana tidak enak, lebih baik pipis di kamar mandi. Beda dengan anak yang selalu pakai pampers, pantatnya selalu nyaman karena berasa kering meskipun ngompol. Kalau bisa sediakan juga baby closet khusus untuk anak. Tapi kalaupun tidak, tidak mengapa asalkan kita memegang anak yang sambil duduk di toilet (dewasa) dengan baik.
Belikan perlengkapan yang memadai: Anda dapat menyediakan pispot, atau dudukan toilet untuk anak. Pispot lebih dianjurkan karena dengan duduk di pispot, kaki anak menjejak ke bawah dan menimbulkan tekanan dalam perut yang memadai saat mengedan, sehingga memudahkan buang air besar. Bantu anak menggunakan pispot/toilet seat tersebut, dengan menjelaskan cara pemakaiannya pada anak. Anda dapat pula menggunakan boneka kesayangannya sebagai contoh, terkadang anak lebih ingat dengan cara ini dibandingkan dengan bila kita mengatakannya. Anak boleh menuliskan nama pada pispot atau menempelkan stiker bila ia menginginkannya, sebagai tanda bahwa pispot tersebut adalah miliknya.

6.      Buatlah rencana toilet training anak yang akan dilakukan termasuk jadwal yang diharapkan.
Bersabarlah dan ingatlah bahwa hal ini memerlukan proses, jadi jangan membuat rencana yang terlalu bombastis atau sulit direalisasikan. Sosialisasikan rencana dan jadwal ini kepada seluruh anggota keluarga dan penghuni rumah, agar semua orang memahami dan melakukan hal yang seragam. Jelaskan pada anak proses hal yang akan dilakukan pada latihan toilet training, dan alas an baik untuk buang air di toilet.
Anda dapat menggunakan contoh-contoh, atau melalui buku cerita mengenai anak yang belajar toilet training. Biarkan ia melihat Anda: Anak belajar dengan mencontoh, dan salah satu contoh yang paling mudah adalah dengan melihat Anda duduk di toilet. Anda tidak perlu merasa malu. Bila memungkinkan, biarkan anak laki-laki mengikuti ayahnya ke toilet sehingga ia dapat melihat perbedaan cara buang air kecil antara laki-laki dan perempuan.

7.      Beri pujian kepada anak kalau dia berhasil.
Setiap anak menunjukkan suatu kemajuan, berikan dia pujian. Seperti misalnya dia berhasil pipis di kamar mandi di awal-awal toilet training mulai, berarti dia sudah mengerti kalau disuruh pipis. Kemudian ketika dia berhasil menyampaikan keinginan pipis dan berhasil ke kamar mandi tanpa ngompol itu adalah prestasi buat anak. Puji dia dan berikan motivasi. Dan sebaliknya, kalau anak belum berhasil, jangan dimarahi malah membuat anak trauma dan frustasi dalam belajarnya.

7. Komitmen, telaten, dan sabar.
Tips yang terakhir ini khusus untuk sang ibu. Seperti saya katakan di awal, toilet training ada belajar disiplin. Maka, kita yang mengajarkannya pun harus disiplin. Begitu kita yakin inilah saatnya mengajarkan anak toilet training, maka semenjak itu jangan pernah putus-putus, selalu telaten dan rutin setiap waktu. Karena, toilet training ini kita mengajarkan anak disiplin dengan pembiasaan.

Hambatan Toilet Training
1.      Kebanyakan anak seringkali kesulitan untuk dilepaskan dari ketergantungannya terhadap popok sekali pakai. Sebagian besar ibu selalu kebingungan dalam melatih kepekaan si kecil untuk buang air kecil dan buang air besar secara benar di toilet.
Sebenarnya, kesuksesan proses pada anak bukan hanya semata-mata kepandaian si kecil untuk ‘peka’ terhadap keinginannya untuk buang air kecil dan buang air besar, namun peran orang tua/pengasuh pun sangat besar.

2.      Pada beberapa keadaan, proses toilet training pada anak dapat terganggu atau lebih sulit bagi anak, misalnya pada perubahan situasi keluarga, pindah rumah, kehadiran anggota keluarga baru (adik), atau sakit berat, kematian, dan masalah keluarga. Pada keadaan demikian, proses toilet training boleh ditunda apabila diperlukan. Perlu diingat bahwa toilet training bukanlah kemampuan yang sederhana. Otot sekitar kandung kemih dan usus besar harus diatur agar terbuka dan tertutup pada waktu yang tepat. Biasanya anak lebih cepat terlatih untuk buang air besar dahulu dibandingkan dengan buang air kecil, karena menahan benda padat lebih mudah dibandingkan dengan cairan dan anak masih dapat memberikan sinyal sebelum BAB keluar. Anak perempuan biasanya cenderung lebih cepat berhasil melalui toilet training, karena biasanya yang melakukan toilet training adalah ibu, sehingga contoh yang diberikan lebih cocok bagi anak perempuan. Untuk anak laki-laki, toilet training dimulai dengan belajar duduk dahulu hingga terbentuk kebiasaan pergi ke toilet saat buang air, sedangkan mengubah cara buang air relatif lebih mudah.

Semoga sukses, dan jangan lupa, keberhasilan toilet training tidak sama dengan keberhasilan menjadi orangtua. Anda tetaplah orangtua yang baik meskipun anak belum berhasil toilet training. Ingatlah bahwa toilet training adalah suatu kerjasama antara Anda dengan anak, jadi dibutuhkan banyak kesabaran dan usaha agar proses tersebut terjalin dengan menyenangkan.
Semoga bermanfaat dan sukses untuk kita

Bojongsari, penghujung Agustus 2015

Dari berbagai sumber

Komentar

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    BalasHapus
  2. wah ,saya bersyukur sekali bisa ketemu dg artikel ibu.dan banyak sekali info baru , spt : proses TT bisa berjalan berbulanw ,jd hrs sabar dan telaten.membiasakan kekamar mandi 1-2 jam sekali ,dan jgn kaget jika dia tdk mau pipis pas dikamar mandi , tp malah pipis saat bermain..wkwkw.ini hal yg luput dr pikiran saya bun .point2 selanjutnha sungguh bermanfaat sekali.saya ternyata terlalu byk melewatkan byk hal info penting spt ini ,dan baru sadar setelah melihat postingan teman ttg TT.saya memulai agak telat bun, usia anak sudah 2 th ,dan sebelum2nya saya blm mengajarkan TT smaa sekali ke anak.Semoga kelalaian saya bisa segera teratasi.makasih byK ya bun

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio