Penghargaan pada Wanita


Pelajaran kali ini tentang alasan hadist riwayat Bukhari menjadi hadist yang sahih. Sebenarnya aku tak terlalu suka pelajaran  kali ini. Tetapi berhubung makhluk di sebelahku ini yang ngotot minta ditemenin, jadilah aku ikut kajian ini. Maafkan aku ya Allah jika aku masih mengeluh, padahal itu baik untukku. Sebenarnya tanpa diberitahu alasan bahwa hadist riwayat Bukhari sahih, aku juga dah percaya kalau sahih dan tidak perlu dipertanyakan lagi. 

 


Aku dengan setengah kantuk mencoba tetap fokus mendengarkan. Sepenangkapku, Bukhari ini sangat telaten merunut hadis dari perawi, sahabat dan sampai nabi Muhammad. Jika dhoif ya tidak dituliskan. Jadi HR Bukhari terkenal shahih. Intinya begitu, tapi penjelasan ustadznya panjang dan lebih rinci.
 Sampailah pada sesi tanya jawab. Sampailah dari seberang sana ada penanya makhluk berjakun yang aku kenal. Lulusan S1 dan S2 UI jurusan komunikasi.hehhehe tetapi menyukai kajian hadist menanyakan sesuatu yang kelihatannya menyidir-nyindir kaum hawa gitu. Yang ini aku yang suudzon heheh.
Dia bertanya, “Ust, kalau ada perempuan di tangerang sana,  bekerja padahal suaminya bekerja. Nah kalau begitu apa hukumnya?”
Tu kan pakai sebut-sebut Tangerang. Ini Jakarta bro, kenapa ga sebut Jakarta gitu. Begitulah aku dalam hati berprasangka buruk. Astaghfirullah.
Ustadz itu menjawad dengan mengkisahkan Asma binti Abu Bakar yang bekerja mengairi pohon kurma, mencari air dan mengadon roti. Dia membantu suaminya, Zubeir. Itu artinya dalam Islam diizinkan seorang istri bekerja membantu suami. Tetapi yang diingat itu bukan kewajiban. Seorang suami akan dimintai pertanggungjawaban atas nafkah keluarga dan istri sama sekali tidak. Jika ada istri yang mau bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga maka itu merupakan kemuliaan. 

Begitulah jawaban dari ustadznya bahkan beliau juga menjelaskan bahwa ketika seorang istri tidak mau membagi hasil dari pekerjaannya dengan keluarga pun diperbolehkan. Oleh karena itu, istri boleh tidak minta izin kepada suami ketika mempergunakan uang hasil bekerja. Jadi kalau ada istilah “Duitmu duitku, duitku ya duitku” itu dalam Islam itu ada. Asal uang itu dipergunakan untuk kebajikan dan hal yang halal.
Subhanalloh, ternyata Islam sangat menghargai kedudukan wanita dan melindungi. Penjelasan ustadz itu sebenarnya disertai dengan hadis, tapi memang dasar aku tidak terlalu suka dan lebih suka sejarah maka yang diingat juga ceritanya saja.
Selepas itu, temanku itu menyapa. “Wi, kayaknya gue salah deh nanya begituan tadi sama  ustadz”.
“Lho kalau kamu masih bingung atau masih belum tahu ya nanya, kan ga pa pa”.jawabku.
“Iya, malu bertanya kan sesat dijalan” akhwat disampingku menimpali.
“Ya, tapi dampaknya bisa luarbiasa buat cewe macam kamu, semacam pembenaran buat dia kerja”, dia berargumen.
“Ya ampun, kamu serius banget, janganlah kepedean dengan prasangka kamu. Kalau kamu ingin tahu sikap seseorang ya tanya” jawabku.
‘Maksud loe?” tanyanya.
“Emh, kamu bilang seperti itu, menganggap bahwa aku cewe yang ogah dirumah, terus maunya kerja gitu dan pro cewe itu harus bekerja, kebanyakan baca buku feminis sih kamu.hehhehe” jawabku mencoba becanda.
“Eh, serius, aku ga becanda”.tanyanya.
“Aku memang bekerja, tapi bukan berarti aku gebyah uyah bahwa cewe seluruh dunia harus bekerja, aku sih santai aja, kalau ada yang bekerja silakan, di rumah aja juga tak masalah, ya pilihan saja, gitu aja koq repot”.jawabku.
“Justru aku takut, kamu sengaja mempergunakan ayat-ayat Allah sebagai pembenaran atas sikap kamu. Itu ga baik” si akhwat menimpali.
“Maksud loe?” tanyanya.
“Iya, kamu pengen punya istri yang dirumah, terus kamu gunakan argumen tentang istri bekerja harus minta izin suami. Belum lagi kalau kamu mau poligami pasti argumennya, aku adil kok, ah lagu lama”, si akhwat mulai kelihatan agak emosi.

  
“Udah..udah…, jangan berprasangka gitu dan berandai-andai. Kenyataannya kita masih single. Dan memang benar kalau istri mau bekerja ya atas izin dari suami, ga usah kerja, ketika keluar rumah juga atas izin suami, berislah lah. Lagian kamu ga akan poligami kan bro? aku menatapnya dan mencoba mendamaikan diskusi yang akan mengarah deadlock.
“Sebenarnya, kita kalau sesuai ajaran agama hidupnya enak, istri ketika keluar rumah atas izin suami itu membuat suami akan merasa dihargai. Begitu pula istri juga merasa nyaman jika tidak dipersulit oleh suami. Jadi ya sama-sama enak gitu”. Jawabku.
“Nah, ini yang gue suka dari elo wi.Ya udah gue pergi dulu. Assalamu alaikum wr wr”dia berpamitan.
“Walaikum salam wr wb” kami menjawab salam.

Jakarta, Ramadhan 1433H



Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio