Secercah Harapan Menggapai Tubuh Ideal

Dari kecil saya terlahir dengan berat berlebih. Kata budeku (yang kupanggil ibu) sejak bayi aku selalu gendut nyaris tidak pernah kurus. Saya pun terbiasa dengan berat berlebih. Sampai  ketika hamil  9 bulan beratku 62kg. Kupikir itu badanku terberat sepanjang hidup. Setelah proses melahirkan (26 Maret 2014) dan berlanjut menyusui beratku turun menjadi 61 kg (17 Januari 2015). Saat Ritza disapih (13 April 2016) berat badanku  68 kg ditimbang tanggal 20 Februari 2016. Sejak saat itu berat membumbung sampai ke level 69 kg. Saat itu masa badanku terberat.
Pertama-tama tidak terasa, sampai celana mulai sesak, baju mulai merecet dan disana-sini orang mengira hamil. Segala cara sudah aku lalui, dari ikut kelas bellydance, BL, Yoga, infuse water, sassy water, kopi hijau, obat dari Thailand, diet ala2 artis atau bintang terkenal, diet ala2 google. Turun sih 1 kg tapi setelah itu naik 2 kg. Akhirnya, saya hampir menyerah.
Sampai terjadi obrolan dengan ibuku, kata ibu di usianya yang 60 tahun dan sering kumpul dengan teman2 sepantaran. Banyak keluhan kaki sakit terutama oma2 yang beratnya berlebih, mungkin kakinya tak sanggup menopang berat badan. Selain itu, terlihat perbedaan dengan yang terbiasa olahraga dengan yang tidak. Ibuku termasuk orang yang rajin senam, walau senam yang Tionghoa gitu, ga tahu namanya, pernafasan diolah. Kulit ibuku sudah kisut tapi tak sekisut teman2nya yang tidak senam. Intinya, ibu menyarankan aku untuk mengurangi berat badan dan olahraga, mumpung masih muda. Ibu menyarankan untuk tidak memakai cara-cara instan misalnya operasi, jarum atau obat dan datang pada ahlinya yaitu dokter, dalam hal ini dokter gizi.
Setelah berbincang-bincang dengan suami, jadilah suami sebagai donator, hehehe..sebenarnya saya mampu bayar sendiri, tetapi kalau ada bayarin itu lebih baik. Ternyata itu membawa konsekuensi suami lebih sering mengingatkan atau menegur jika lalai, dan sering lalai juga.
Saya datang ke dokter gizi pada  rumah sakit terdekat dengan rumah ditemani suami tercinta yang kebetulan berobat mata yang bintitan. Biaya rumah sakit relatif 120 ribu.

Kuitansi pembayaran

Konsultasi pertama, dokter yang kami temui enak, nyaman dan merekomendasikan menu, mengurangi gorengan, olahraga 150 menit (3x50menit) atau (5X30 menit), mengurangi gula dan mengganti dengan gula rendah kalori. Dengan formasi 366 untuk nasi.
Menu bulan pertama

Konsultasi kedua, dokter mengapresiasi karena lingkar perut berkurang, lemak juga, menyarankan untuk full tanpa gorengan( walau masih kadang2 lalai) heheheh. Dan baru ketahuan ternyata saya salah memaknai olahraga, olahraga jika dilakukan 3 kali lama lama waktu 50 menit full. Jika dilakukan 5 kali lama waktu 30 menit. Tidak boleh dilakukan 2 kali saja atau 6 kali. Dengan formasi 363 untuk nasi.

Menu bulan kedua

Perubahan yang kusadari adalah pinggang bagian belakang berkurang kerutannya, perut tidak terasa penuh karena berhenti sebelum kenyang, dan kata suami payudara sedikit mengecil. Segalanya biasa tidak lemas dan perut masih gendut.hehehe. Kalori yang dibutuhkan 1500 kalori, saya hanya makan 1000an. Pernah suatu saat saya sakit dan konsultasi dengan dokter takutnya dietnya tidak cocok. Kata dokter kalau gampang sakit itu karena telat makan membuat badan tidak fit.

No
Tanggal konsultasi
Berat di rumah sakit
Berat di rumah
Tanggal penimbangan
1.
22/11/2016
69 kg
67 kg
22/11/2016



66 kg
30/11/2016
2.
24/11/2016
68 kg
66 kg
24/11/2016


67 kg
65 kg
31/12/2016

Demikian, pengalaman dietku semoga bermanfaat ya. Dan terutama mohon doanyanya agar saya istiqomah menjalaninya karena berat ideal menurut dokter 50 kg (kalau suami pengennya 45 kg). Jadi masih 17 kilo lagi.hehehhe. :-D


Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio