Apa yang Terjadi pada Diriku

Entah mengapa kaki ini melangkah menuju komplek Masjid At Tin. Masjid di komplek Taman Mini Indonesia Indah yang dibangun oleh Yayasan Ibu Tien.
Jika dari luar terlihat hamparan taman yang luas dan pohon rindang, begitu sejuk. Ketika kaki melangkah menuju arah muka masjid, terdapat jalan yang terletak di kanan dan kiri plaza. Bagian muka masjid tersebut secara terinci menampilkan tiga lekukan anak panah yang bagian tengahnya didominasi dengan warna abu-abu. Motif yang ditampilkan pada lekukan berbentuk anak panah ini sepintas menyerupai tebaran bunga, karena dihiasi oleh sejumlah gambar bermotif bunga di tengahnya. Selain tiga lekukan berbentuk anak panah tersebut, juga terdapat dua lekukan anak panah lagi (ukurannya lebih kecil) pada sisi kanan dan kiri dinding masjid. Selain itu juga tampak dari bagian muka masjid sebuah kubah utama yang diapit oleh empat kubah kecil. Pada bangunan kubah-kubah kecil ini juga dipenuhi lekukan berbentuk anak panah yang lebih tinggi dan runcing.
Dari bagian pintu masuk utama masjid terdiri dari dua dinding tanpa daun pintu. Pintu masuk ini juga berbentuk seperti anak panah. Setelah melewati pintu utama, terlihat kolam air mancur yang pada bagian pinggirnya dapat berfungsi sebagai tempat duduk para pengunjung. Pengunjung tak terlalu banyak. Karena hari ini memang tak da jadwal kajian.
Di bagian lantai dasar digunakan untuk ruang serbaguna, tempat wudu (pria/wanita), ruang mushaf, ruang rapat kecil, perpustakaan, ruang audiovisual, dan ruang internet. Selain ruang-ruang tertutup ini, area lantai dasar masjid ini dikelilingi teras terbuka sehingga dapat dengan leluasa melihat ke arah taman.
Lantai dasar masjid ini dikelilingi oleh tangga-tangga sebagai jalan menuju ke arah lantai satu. Pintu utama dapat digunakan dua tangga utama dan sebuah eskalator pada sisi kanan menuju lantai satu. Alternatif lainnya, juga dapat menggunakan empat tangga lain yang terdapat di sudut kanan kiri masjid serta satu tangga di bagian belakang masjid.
Ruang utama untuk salat terletak di lantai satu. Ornamen kaligrafi nampak pada dinding bagian atas ruang sholat dan sepanjang dinding lekukan anak panah di area mihrab dan mimbar. Di ruang ini tampak tujuh lekukan berbentuk anak panah dari keramik warna hijau tua pada bagian dindingnya. Bagian tengahnya difungsikan sebagai mihrab dan mimbar. Pada bagian sisi kanan dan kiri ruangan yang berhubungan dengan ruang teras samping ini dibatasi oleh penyekat kayu ukir yang setiap saat bisa dibongkar-pasang.
Itulah gambaran masjid yang sekarang ini kudatangi. Ada dorongan dalam hati ini untuk datang ke sini dan sepertinya aku nyaman berlama-lama di sini. Kubergegas mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat Tahiyatul Masjid.Suasana lengang, karena memang bukan waktu sholat fardhu. Ah, barangkali suasana ini yang kubutuhkan diantara keramaian Jakarta. Lengang, sendiri,damai, sejuk. Aku mulai membuka mushaf Al Quran, tidak terlalu banyak ayat yg kubaca, aku lelah dan kantuk mulai menyerang.
Di luar matahari masih bersinar agak terik. Sambil menunggu matahari sedikit meredup aku berzikir sambil memejamkan mata. Air mata menetes tak bisa kutahan. Pikiranku kembali teringat peristiwa beberapa bulan lalu yang kini terulang kembali.
***
Di perpustakaan November 2010.Aku memanfaatkan waktu luang saat tidak ada jam mengajar untuk membaca beberapa buku. Ku baca buku Al HIKAM. Buku dengan judul yang sama tetapi pengarang yang berbeda. Ah, pasti isinya tentu akan sangat berbeda. Begitu pikiranku menebak.
“Assalamu alaikum, eh ada bu Tiwi” seorang bapak guru menyapa. Dia guru Otomotif, usianya sudah tak lagi muda. Sepertinya dia juga tidak ada jam mengajar.Kami berbincang dari hal yang tidak penting hingga hal penting. Aku merasa tidak begitu akrab padanya. Dia juga cenderung pendiam dan tidak terlalu terbuka dengan orang, begitulah penilaianku. Tetapi mengapa sekarang kenyataan jauh berbeda. Dia bercerita bahwa dia akan berhutang pada bank. Aku hanya mendengarkan dan menanggapi ala kadarnya. Tapi entahlah, tiba-tiba kepalaku pusing. Keringat dingin keluar. Dalam hatiku berdegup kencang. Mulutku bertasbih lamat2 nyaris tak terdengar, aku serasa panik. Aku melihat keranda dalam benakku. Dan aku melihat aku bertanya siapa jenazah di keranda itu. Dan ada seseorang menjawab bahwa jenazah itu adalah bapak guru yang sekarang ada di hadapanku. Astaghfirullah, pertanda apa ini ya Allah.
“Bu Tiwi, apa rencana ke depan?” suara itu mengagetkanku. Aku tak mau dia melihat kepanikanku. Kucoba mengatur nafas. Menghela pelan2 sambil mencari jawaban.
“Saya berharap anak2 yang belajar di rumah saya makin banyak”jawabku sambil sedikit menenangkan diri.
“Oh Bu Tiwi ngajar juga di rumah?ngajar apa saja?” tanyanya
“Apa saja pak, pelajaran IPA,IPS, Bhs Indonesia, MTK itu yang paling sering, ngajar ngaji dan membantu mengajar tari. Tapi ada 2 teman yang bantu Pak, Alhamdulillah” jawabku berusaha agar kondisi kembali stabil. Ingin rasanya menyampaikan gambaran yang ada di benakku, yg entah datang darimana. Tapi, jika aku pada posisi bapak itu dan ada orang menyampaikan tadi. Itu namanya gendeng, malah akan timbul fitnah. Akan dikira menyalahi kodrat Illahi. Usia kan Allah yang menentukan, bukan manusia. Dan parahnya lagi mungkin silaturahmi kita akan putus. Dianggap mendoakan yg buruk. Indigo dll. Sejuta bayangan buruk mengurungkan niatku. Sepertinya jika kuberitahu malah akan banyak mudorotnya.
Tetapi di sudut hati lain, jika tak disampaikan kasihan istrinya kelimpungan untuk membayar hutang peninggalan suaminya. Ah sudahlah, barangkali itu hanya seliweran setan yang tidak perlu digagas marahi ngriseni .Allah pasti merencanakan yang terbaik untuk bapak itu dan keluarganya.
***
Kantor P2m2 Februari 2011. Nada dering sms berbunyi dari bbku. Kubaca, deg. Aku memegang jantungku, yang berdegup kencang. Kulihat sekeliling orang-orang tak memerhatikanku. Di depanku laki-laki dan disampingku perempuan menggunakan headset asyik mendengarkan lagu.Astaghfirullahaldzim. Berulang kali aku istighfar dan kubaca pelan-pelan smsku itu, barangkali aku salah membaca.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Bu, saya mau ngabari kalau Pak Guru x meninggal dunia karena terkena serangan jantung tadi pagi.
Begitulah tulisan sms itu. Bapak Guru X mengajar otomotif yang pernah ngobrol sangat banyak di perpustakaan. Andai sekarang aku di sana, aku akan segera mengeluarkan Moothee, menunggangi menuju tempat peristirahatan terakhir. Aku menelepon guru yang masih mengajar di sana. Sampai sekitar seminggu ada guru yang bercerita bahwa kasihan melihat istri Almarhum kelimpungan membayar hutang peninggalan suaminya. Subhanalloh dlm hatiku. Ada rasa bersalah dlm hatiku, coba seandainya aku bicara pasti bisa dicegah, timbul sedikit penyesalan tetapi ini sudah rencanaNya. Pasti ada banyak hikmah yang bisa diambil. Toh, segalanya hanya titipan, teman, sahabat, orang-orang disekitar kita bisa kapan saja diambil bahkan diri kita sendiri. Meskipun demikian, memaafkan diri sendiri itu jauh lebih sulit drpada memaafkan orang lain. Itulah rasa yang bergelayut dihatiku. Rasa bersalah. Dan aku teringat Qodo dan Qodar. Ada hal yang bisa kita usahakan, ada hal yang sudah ditentukan. Hati sedikit tenang.
***
At Tin, awal Maret 2012.Astaghfirullah, Subhanalloh wal Hamdulillah Wala Illa ha Illallah Wallohu Akbar terlantun dari bibirku, sembari kuusap air mata ini. Ya Allah begitu lemahnya aku di hadapanMU.Kulihat tulisan ayat-ayat Al Quran bercat hijau muda mengitari dinding ruang utama masjid ini. Mengapa oh mengapa. Benak itu kembali, pada orang yang lebih dekat denganku dan dalam waktu lama. Apakah yang sebenarnya Kau inginkan?
Astaghfirullah, benak itu atau bayangan itu, ah aku sulit sekali mendefinisikan sesuatu itu. Sesuatu yang kulihat tapi entah darimana datangnya. Tak ada hujan, tak ada mendung, tiba-tiba hadir. Aku melihat seorang laki-laki bersama seorang perempuan yang jelas bukan istrinya. Laki-laki yang tak lain adalah suami temanku. Lalu kenapa perempuan itu bukan temanku?Ah..apakah dia selingkuh?aku tak percaya. Kulihat dia baik, dia juga sayang sama keluarganya, sama temanku, dan dia juga baik padaku  dan pada orang lain. Tapi kenapa bayangan itu muncul?Kulihat pula gadis cantik usia belasan melakukan hal yang tdk sepantasnya dilakukan. Astaghfirullah. Sepertinya aku mengenal gadis itu, tanyaku dalam hati. Gadis itu adalah anak laki-laki tadi, mengapa bisa begini, mengapa keluarga temanku jadi kacau begini. Sementara yang kulihat sekarang, mereka hidup bahagia dengan gadis kecilnya yang cantik dan lucu. Astaghfirullah. Aku lelah dengan semua ini. Aku tak pernah minta diperlihatkan seperti ini, aku juga tak belajar ilmu aneh-aneh. Ya Allah maafkan aku jika aku kurang bersyukur. Timbul pula keinginan untuk memberitahukan ini, tapi melihat karakter temanku itu tidak terlalu suka diberi tahu, dikritik, atau sejenisnya. Nanti malah dia berpikir aku gila, sok suci, sok tahu, aneh dll. Timbullah pula sejuta pikiran aneh. Dan kali ini kuputuskan untuk menceritakan ini pd temanku. Dia pun punya kemampuan yang agak mirip tapi berbeda caranya. Kesamaan kita adalah tidak pernah meminta atau berguru. Semuanya datang dengan sendiri dan tidak bisa diminta. Dia menyarankan untuk member tahu lewat simbol/pralambang. Aku mencoba saran itu, sekuat tenaga, sepenuh hati kucoba menyampaikan lewat symbol/pralambang padanya, semata-mata agar kejadian itu bisa diminimalisasi meskipun aku tahu tidak bisa dicegah. Tapi paling tidak dia siap. Itulah niatku. Aku sayang dengannya, sayang sebagai teman. Rupanya dia salah menerka atau barangkali penyampaianku padanya kurang tepat. Alhasil dia malah marah padaku. Ya sudahlah, Engkau yang Maha Tahu. Aku sudah mengusahakan. Kalaupun aku bercerita juga tidak ada dasarnya. Pasti dia yang berpikir logis akan bilang “Kamu tahu dari mana?Jangan sotoy deh”. Atau malah aku dianggap memfitnah, malah jadi tidak baik. Maka aku hanya berdoa agar diberikan yang terbaik untuk temanku. Pasti Allah memberikan rencana yang baik untuknya. Jika suatu saat aku ditanya, aku akan mengatakan bahwa aku sudah berusaha memberitahu ini.
Dulu sebelum bapak meninggal aku pun sudah digambarkan bayangan akan kehilangan, meskipun aku baru tahu setelah kejadian bahwa itu bapak. Tetap saja ada rasa kehilangan. Ingin saja berujar, cukup aku saja yang merasakan. Ternyata bayangan itu hadir kembali. Semoga itu yang terakhir. Ah, biarlah Allah yang mengatur. Allah yang MahaKuasa. Allah paling tahu yang terbaik untuk umatnya. Aku yang ngakunya makhluk tentu harus siap dengan kepengaturanNya. Sebagai seorang yang berfungsi sebagai khalifah fil ardh, bertugas beribadah kepadaNya dan mempunyai amanah untuk berdakwah dimanapun berada.

At Tin, awal April 2012




Komentar

  1. Touching me.. hh.. astaghfirulloh.. mudah2an orang yang berhutang diberi kemampuan dalam membayarnya, amin

    BalasHapus
  2. Padahal aku sama sekali ge kepikiran kemana2, aku hanya menuangkan apa yang kurasakan. Amin. Insya Allah istri temanku wanita yang tegar.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio