Belajar dari Masku




Ketika kami berkunjung ke Surabaya, sedikit banyak kami memperhatikan keluarga kakakku. Ada hal yang membuatku semakin percaya menitipkan kakakku pada masku (suaminya). Beberapa hal yang kami analisis.
1.       Usia
Kakakku lahir tahun 1983 dan masku setahun lebih tua lahir tahun 1982.  Ada keterkejutan keluarga saat kakakku di usia 23 tahun memutuskan untuk menikah, sedangkan masku usia 24 tahun. Usia yang masih sangat muda terutama di kalangan keluargaku yang rata-rata menikah di usia 25 tahun ke atas.hehehe.. Tetapi karena keluargaku pada dasarnya menghargai apapun pendapat anak, maka pernikahan pun berlangsung. Kakakku sempat kosong selama kurang lebih 6 atau 8 bulan baru kemudian hamil.
Dan kini (2014) masku jauh berbeda..di usia yang muda, banyak kesuksesan yang sudah masku dapatkan.

2.       Karier
Kami pikir kakakku sangat berani memutuskan untuk menikah dengan saat itu gaji masku masih 1 juta (2006). Lebih-lebih dengan tradisi keluarga bahwa ketika anak sudah menikah artinya perekonomian sudah harus mandiri. Kakakku bisa membuktikan, dengan kariernya di salah satu bank, kakakku berhasil membeli rumah secara KPR di Yogyakarta. Setelah punya anak, kakakku memutuskan untuk berhenti dan menjadi ibu rumah tangga, keputusan yang berani padahal saat itu karier kakakku bagus di perbankan. Kakakku pun membuat deal (tantangan) dengan suaminya, bahwa kakakku bersedia berhenti asal pendapatan tidak berkurang dan halal. Sekarang, karier masku gemilang sebagai pimpinan beberapa proyek di Jawa Timur.

3.       Sholat
Ada yang tak berubah di keluarga kakakku. Ada semacam ruangan yang digunakan untuk mushola dan mengutamakan sholat jamaah. Dan yang tak berubah adalah, mau pulang jam 2 atau larut, tetap sholat subhuh jamaah.
Ketika kami pergi dari Surabaya ke Malang yang normal 2 jam, tiap waktu sholat selalu berhenti di masjid untuk sholat. Masih sama seperti yang dulu, tidak mengutamakan menjama/mengqasar sholat.

4.       Sedekah
Tiap sholat, masku selalu memasukan uang warna merah ke kotak (yang ini aku ngintip..), hampir tiap sholat. Pernah suatu kali, masku meminta berhenti pada supir, kami pikir masku kebelet pipis dan mencari toilet, rupanya dia hendak memberikan uang pada bapak tua pinggir jalan..

5.       Tamu
Awalnya, saya agak merasa tak enak karena dipesankan hotel dan makan serta segalanya ditanggung. Saya berangkat dari Jakarta ke Surabaya berniat untuk silaturahmi, andaikata tidur di rumah pun kami senang, tak perlu memesan hotel. Rupanya, ini tradisi keluarga kakakku, selalu memesankan hotel untuk para tamu. Tak berubah, dari dulu selalu menyambut tamu. Sewaktu di Jogja juga begitu.

6.       Orang tua
Kakakku dan masku juga peduli kepada orang tua, jika sakit mereka selalu datang dan pergi dengan pesawat seperti membeli tiket bis..tanpa berpikir..heheheh kalau aku memang nabung dulu.. Rumah orang tua masku kebanyakan dibantu pembangunannya oleh masku. Kalau kakakku banyak nyumbang pas pernikahanku hihihi..

7.       Kerabat
Perlakuan ke kerabat juga bagus..beberapa kali saudara hajatan dan meninggal, masku atau kakakku selalu datang. Sewaktu pakde di Bandung meninggal, masku juga takziah. Masku juga mendidik adik-adiknya untuk mandiri. Dahulu, sewaktu ada teman masku (dengan posisi kerja yang sama) yang menanyakan aku (naksir), masku lebih menyarankan agar aku memilih/memutuskan sesuai dengan hati dan yang dicintai serta mencintai dan tidak terpengaruh dengan harta yang dimiliki sekarang.
Masku juga mengedukasi adiknya, yang juga lulusan teknik sipil untuk mencari pekerjaan sendiri, dengan kaki dan tangan sendiri.
Sebenarnya, masku mau membantu memasukkan adiknya ke tempat kerjanya sekarang, tetapi karena si adik teringat nasihat masku sehingga dia ingin mencoba mandiri terlebih dahulu. Itu artinya masku mengkondisikan adik-adiknya agar tak manja.
Begitu juga ketika aku meledek masku, “Mas mobilnya kebanyakan sih, jadi parkir di rumah ga muat, udah mas taruh depok (rumahku) saja”. Masku menjawab dengan senyuman dan mengatakan “Tenang aja de, mas doakan bentar lagi ade (aq) punya mobil sendiri dengan  keringat sendiri tanpa campur orang tua atau kerabat lain, lebih bangga de..hehhehe”. Amin aku pun menjawab dengan mantap. Kakakku juga menyemangati “beli rumah sendiri aja mampu apalagi beli mobil, ya ga de (melirik ke suami)”. Suami menjawab “Amin..amin ya robbal alamin mba”.

8.       Harta
Suami kebetulan punya ilmu menaksir barang, karena pernah ikut pelatihan dari kantor. Ketika kutanya iseng-iseng harta kakakku di rumah ini sekitar 6 M. Subhanalloh, aku percaya, rumah dua lantai, kamar 5 buah, di bawah kamar pembantu, kamar tamu dan kamar mandi dua, sedangkan dia tas kamar anak-anak, kamar utama dan kamar sholat. Mobil ada 3: CRV, alphard, dan city. Belakangan, (kata ponakanku), mbakku pengen beli hammer, hehehehe sahabat-sahabatnya dah beli punya hammer. Pas aku iseng kira-kira televisi segede itu harganya berapa ke suami, suami jawab 50 jt. Dan aku juga kepo lihat diam-diam harga jas yang dibawa masku dari Jakarta dengan bungkus (mall di Jakarta) harganya awalnya kukira 50.000 tapa ga mungkin ha, eh pas lihat lagi ada buntutnya 0 tiga lagi di belakangnya. Aku tak bisa terlalu banyak bertanya, sepertinya kakakku agak tidak berkenan kalau aku banyak bertanya, sewaktu aku tanya luas tanah dan merk lipstick dan bedak. Kakakku menjawab sih tapi disertai pertanyaan “kenapa emangnya?”..heheheh jadi aku kalau kepo..lihat-lihat aja..tidak bertanya..Koleksi tasnya pun berjejer dengan etalase kaca..panjang, secara kamar utamanya kan luas 15 meteran ada kayaknya, ada bathupnya juga..cuman aku ga berani masuk..hihihi..Kami banyak nanya-nanya sama drivernya mas F yang okeh dan sabar mengantarkan kami kemana-mana..hahaha..kata dia kakakku punya ruko yang disewa alfamidi terus punya rumah lagi yang lebih bagus di Jogya..berarti rumahnya dah 3 hihihi dan aku juga belum pernah ke sana..hahaha..Aku juga sungkan mau tanya-tanya. Di mobil yang sering dipake masku ke kantor ada sepatu asli kulit buaya ada dua..berapa yak harganya?meneketehe..

9.       Edukasi ke anak
Awalnya aku mau beliin mainan buat kedua ponakan, tapi lihat mainan kenaz yang seabreg dan mahal-mahal, jadilah kami hanya membelikan mainan yang kami bawa dari Jakarta. Kenaz terlihat menghargai pemberian kami bahkan mengucapkan terima kasih. Saya tahu pasti di bawah ekspektasi dia..tapi aku salut, dia bisa menutupi kekecewaannya hihihi..

10.   Bawahan
Sewaktu kami membeli duren, kalau duren kurang enak, penjual membelikan yang enak, yang tidak enak disingkirkan. Kami berpikir, lho memangnya tak rugi. Rupanya masku kalau membeli duren minimal 1 juta bahkan sampai dianter ke kantor. Rupanya untuk dimakan bersama bawahannya. Tiap kita makan, mas driver juga selalu diajak oleh kami, bahkan sering mbakku membungkuskan untuk keluarga mas driver. Masku tak juga gengsi makan di pinggir jalan asal makanan enak dan bersih tak harus di restoran.
11.   Profesionalitas
Sewaktu aku sedang menyuapi Ritza di ruang televisi bersama kedua ponakanku, rupanya masku sedang ada tamu. Si tamu merasa kecewa karena tetap diminta tetap professional sesusai posedur. Masku tidak menutup jika ingin menjalin hubungan kekeluargaan tetapi professional tetap diutamakan.

12.   Tradisi Jawa
Ini ketika Ritza dempet denganku, tidak mau diajak termasuk sama papanya, sementara ketika makan Ritza ikut mengacak-acak.Hiks.. Akhirnya, si papa muncul ide untuk menyuapi aku dulu sebelum dia makan. Tak berapa lama aku dinasihati kakakku, tentu tidak di depan suami, hanya berdua “De, aku sayang sama kamu, aku mbakmu, pengganti bapak-ibu, kalau bisa suami dulu yang makan..(klo aku laper gimana mba, kan aku menyusui)..Ya, itu bakti kita wi sebagai istri, itu surga kita, ojo tersinggung yo wi, kita orang Jawa yang harus ngebekten marang bojo”. Aku menjawab dengan anggukan kepala. Begitu juga ketika tak sengaja aku tidur memunggungi suami, aku juga dapat teguran (pegel cuy)…
Ya begitulah kakakku masih memegang budaya Jawa..hahahah secara kita orang Jawa…


Doaku, Semoga keluarga kita berdua (aku dan kakak) menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah, Warahmah..langgeng dan istiqomah dalam kebaikan…bahagia dunia akhirat..dengan anak yang sholeh dan sholeha..kaya.

To mbakku: Mba…betapa aku sayang padamu..karena setelah bapak dan mama meninggalkan kita, rasa cintaku padamu perlahan naik presentasenya…

Masih Des 2015, Antara Surabaya-Jakarta terbentang kasih kita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio