Antara Jakarta, Yogyakarta, dan Kebumen ( Part 1)


Kamis April 2012
Hari ini aku mengecek persiapan akhir untuk menanyakan mengenai tiket. Aku menyuruh temanku, sebut saja A untuk membeli tiket kereta jurusan Jakarta-Yogyakarta. Kebetulan tempat tinggalnya lebih terjangkau menuju stasiun Pasar Senen daripada tempat kutinggal. Tempat kutinggal jauh dari stasiun2 tempat biasa aku membeli tiket. Kami sudah lama kenal dan kebetulan kami tinggal satu kecamatan di Kebumen. A mengutarakan maksudnya untuk pulang, bak gayung bersambut akupun demikian. Kami punya kesamaan seringkali memanfaatkan tanggal merah untuk pulang ke rumah. Sebelumnya, kami juga pernah melakukan perjalanan bersama dan aku juga menitip dia untuk membeli tiket. Sejauh ini selalu berjalan sesuai rencana meskipun dia seringkali membeli tiket secara tidak langsung. Kali ini aku mempunyai niat baik untuk membiayai kepulangan dia dengan mengongkosi tiket berangkat. Walaupun hal itu tidak akan bisa membalas budi baiknya.
Mengenai tiket pulang, aku sudah membelinya by phone. Pagi benar, aku menanyakan  mengenai tiket pada A. Dia menanyakan kalau siang baru diurus karena langganan tempat dia membeli sedang ada masalah. Aku pun memberikan waktu sampai jam 2 siang. Aku terbiasa dengan plan plan dalam hidup, andai plan a tidak jalan aku sudah harus siap dengan plan b.Syarat agar sesuai dengan rencana meskipun strateginya  harus diubah adalah kecepatan mengambil keputusan dan berlomba dengan waktu. Oleh karena itu, aku memberikan waktu dia memberi keputusan sampai jam 2.
***
Tak tontong galamai jablang, takunda-kunda lah kacambiang basi…
HP berdering saat aku sedang latihan nyanyi. Dia memberi kabar agar kepulangan kami dicancel. Bagai ada angin kecil yang mengagetkan.Aku berkata sopan dan mengucapkan terima kasih. Setelah latihan usai, aku mulai berpikir untuk memainkan plan b setelah plan a gagal. Tapi mengapa aku tidak marah pada A karena secara tidak langsung A yang membuat plan a ku tak berjalan. Setelah menimbang dan menimbang aku mulai menghubungi dia dan marah2 sama dia. Barangkali 70 persen akting sisanya beneran. Begitulah aku pada dasarnya aku bisa memudahkan memaafkan jauh sebelum orang yang membuat salah minta maaf dan aku bisa seketika melupakan kesalahan seseorang itu. Itu berlangsung bertahun2 sampai kadang hal ini banyak dimanfaatkan temanku yang kurang bertanggung jawab. Mereka seringkali memanfaatkan kebaikanku dan berdampak negatif pada pertemanan kita.
Beruntungnya diriku, sampai suatu saat aku bertemu teman yang bernama Wulan dan Liana. Mereka benar2 mendidikku dan  mengubah pola sikapku. Ada kalanya dalam berteman kita perlu mendidik teman agar lebih baik. Bukan merasa paling baik, tapi tumbuh bersama agar lebih baik. Ketika aku ikut kajian juga ada istilah ta’aruf, taqorub, tawashaw, taawun. Sebagai seorang muslim yang menginginkan kebaikan untuk diri dan lingkungannya, tidak bisa menutup mata dengan kondisi teman yang kurang baik. Maka kuniatkan ini agar dia tidak mengulangi kesalahan ini, sesungguhnya laki2 yang dipegang kata2nya, seperti halnya kisah Bisma yang menyentuh hati.Bisma menurutku adalah tokoh laki2 yang menepati kata2 yang telah diluncurkan.
A mulai bercerita agar aku lebih ikut merasakan perasaan temannya yang tidak bisa menyediakan tiket karena faktor X. Menurutku apapun itu teman A sudah melanggar akad jual beli karena tidak sesuai dengan akaq. Mudah2an alasan karena factor X benar tetapi akan keblasuk kalau ternyata teman A sengaja melanggar akad jual beli. Sementara kita pihak yang dirugikan, tidak melakukan apa2. Itu sama aja membiarkan kemunkaran ada di depan mata kita dan kita merem. Ya kalau hal dilakukan hanya kepada kita tetapi kalau dia mencari uang dengan cara yang sama dengan merugikan orang lain juga?Naudzubillahimindzalik.Astaghfirullah.Barangkali jika aku tidak bertemu Wulan dan Liana aku akan menutup mata dengan ini dan hidup santai.
***
Alhamdulillah atasanku mengizinkan aku pulang lebih awal untuk mengejar bis di terminal Lebak-Bulus. Barangkali kedua atasanku mengetahui kegalauan dari raut muka, ada ketegangan, kepanikan. Aku panik dan tegang. Aku panik karena pertama aku pulang dengan tanpa tiket apapun di tangan. Kedua, waktu ini waktu tanggal merah dengan asumi agak sulit mencari tiket secara mendadak. Ketiga, ini pertama kalinya aku pulang naik bis dari Jakarta sendiri, bahkan aku tak tahu dimana tempat aku membeli tiket dan waktu pemberangkatan.Tegang, karena aku takut plan b gagal karena aku belum menyiapkan plan c. Jika tegang dan panik nafasku mulai sesak. Terlintas waktu, aku harus punya waktu lebih. Aku pulang, kemudian melakukan sesuatu dengan cepat, mandi, sholat asar. Aku berdoa agar diberi kemudahan. Aku sudah membeli makan namun ternyata aku tidak sempat makan karena ternyata aku tidak konsen makan. Berpikir bahwa kalau aku terlambat lebih mahal drpd makanan ini.Aku bungkus kembali dan aku berikan kepada tetangga sekaligus pamit.
Persiapan bertempurku sudah kulakukan, roti, air minum, 2 bungkus taro. Tadinya aku mau pake bedak tapi itu aku urungkan, mengingat tempat yang kukunjungi adalah terminal. Tempat yang tidak aku sukai, sumpek, kotor, banyak asap, bau..ah tidak mengenakan. Baju yang kupakai pun seadanya dan warna yang kupilih pun tidak mencolok dengan harapan orang tidak terlalu memperhatikan. Itu cara aku mendatangi tempat baru yang belum kuketahui.
Aku sampai ke terminal lebak bulus pukul 4. Aku benar2 bingung, sudah banyak orang disitu, bahkan aku tidak tahu pintunya dimana. Setelah tanya dengan tukang parkir, akhirnya aku menemukan pintu masuk.Setelah masuk, aku diberondong banyak laki2 yang menanyakan tujuan keberangkatanku…Kalau aku diam, dibilang “cantik2 bisu”. Aku jawab kadang malah “dipermainkan”. Pesan mbakku, di tempat baru terutama tempat umum yang banyak orang seperti terminal, stasiun, bandara, pasar haruslan ekstra hati2, jangan terlalu ramah dan kelihatan oon. Aku mulai pasang wajah serem seserem2nya dan pasang wajah sok tahu. Tapi emang bawaan orok yang meski tanpa bedak, dandangan acak adut tetap mempesona, tetap aja sepanjang jalan diberondong pertanyaan yg sama mulai dari pake bhs ind, sunda, jawa. Mungkin aku cocoknya masuk etnis jawa dan sunda. Ada satu orang yang kulayani, aku menjawab “Jogja”. Seseorang mengantarkan pada loket jurusan Jogja tapi nama bis tak familiar bagiku. Aku menyebut “loket tiket Sumber Alam”.Orang yang di situ juga mendengar, orang yang mungkin dari agen sumber alam karena terlihat dari logo baju yang dia pakai. Dia mengantarkanku pada loket. Ada beberapa antrian. Aku menanyakan patas ac toilet ternyata habis, akhirnya aku membeli patas ac non toilet. Paling tidak AC dan kupikir aku bisa pipis sewaktu bis berhenti di rest area. Jadi hal itu tidak menjadi masalah,pikirku.Biaya yang kukeluarkan 110rb.
Langkah selanjutnya adalah mencari bis, akupun bingung dan mulai menanyakan tempat biasa bis Sumber Alam parkir. Seperti dugaanku, terminal ini luar dan banyak bis beraneka menuju tempat yang beraneka pula. Asap, bau, becek dll menyatu di udara. Tempat ini benar2 asing, aku mulai mencari bis yang kumaksud tetap saja tidak kutemukan. Ada banyak bis Sumber Alam berjejer tapi tidak ada bis sesuai dengan tiketku.Di tiket tertulis jam 5 tapi mengapa bis belum ada, tidak ada pemberitahuan/halo2 seperti di stasiun, tidak ada tempat duduk, benar2 tidak nyaman.
Sewaktu aku berjalan2 aku menemukan laki2 bertubuh besar dan kekar layaknya beberapa teman yang diajak berbincang. Aku seperti mengenal wajah itu seperti tetanggaku di kebumen, ada keinginan menyapa tetapi ya kalau benar kalau salah dan malah akhirnya berdampak buruk. Rasanya ilmu bela diriku tidak sanggup mengalahkan dia dan teman2nya. Aku pun bergidik, aq tak mau mencari masalah apalagi dengan keadaanku sekarang yang tidak punya bargaining power. Kuurungkan niat itu. Lagipula ada banyak wajah yang mirip di dunia ini, dan ada banyak kemungkinan aku salah.
***
Jam 5 telah lewat aku mencoba untuk wudhu di masjid di dekat Lebak Bulus. Jam setengah 6 petugas tiket datang ke lokasi parkir, aku pun menanyakan bis dan dimaksud, ternyata memang bis belum masuk terminal, tak lama bis datang. Aku masuk dan mencari tempat duduk. Tak berapa lama bapak2 mengisi tempat duduk di sampingku. Seperti biasa jurus basa basi aku mainkan, menyanyakan tujuan bapak disampingku. Dia menjawab “jogja”. Setelah basa-basi, adzan magrib berkumandang. Aku yang masih menjaga wudhu supaya tidak batal, akan menunaikan sholat magrib. Aku pun menyampaikan kepada bapak sampingku. Dengan tujuan agar bapak disampingku tidak mengajar ngobrol sewaktu aku sholat atau paling tidak, tidak menganggapku aneh. Untuk beberapa orang, sholat dalam keadaan duduk, terasa aneh terutama untuk orang yang tidak pernah sholat.Intinya agar menghindari misskomunikasi. Setelah sholat, aku pun mengucapkan terima kasih kepada bapak sebagai pemberitahuan juga bahwa aq selesai sholat.
Bis berjalan lambat, sekali bis istirahat di suatu tempat, aku lupa nama rest area. Aku pipis, berwudhu dan sholat isya sekitar pukul 12.30. Aku ingin makan tapi melihat kondisi rest area yang kumuh, sepertinya selera makanku hilang. Aku memilih makan roti di bis dan habis makan taro 1 bungkus besar.
***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio