Makian Abadi




Malam ini berbeda dengan malam-malam lain, suasana rumah mungilku terasa sepi. Hari ini malam Jumat. Apa specialnya hari ini? Entah sebuah tradisi atau bagaimana tetapi setiap malam jumat atau waktu sholat, tidak ada music tetangga keras menggema. Terlepas mereka muslim atau tidak. Berbeda dengan hunian yang dulu, tiap malam musik keras dikumandangkan. Yang kutahu tetangga disini kebanyakan bermata sipit, entah etnis Tionghoa atau bukan, muslim or bukan aku tak tahu. Aku merasa nyaman di sini. Yang jelas, tetangga sebelah muslim karena sering kali menjemur mukena, itu cara paling mudah mengetahui dia muslim atau tidak.
Aku menuntaskan bacaan surat Yasinku. Yasin begitu akrab denganku. Aku dilahirkan di keluarga yang mentradisikan Yasin, di setiap upacara ritus kehidupan, Yasin selalu dibaca. Ketika Pakde sakit dan tak juga sembuh, kami begitu rutin membacakan Yasin. Orang bilang melabelkan Nahdatul Ulama, memang desaku yang kecil basis Nahdatul Ulama. Namun, ketika aku mengajar di MBS (Muhammadiyah Boarding School) dan punya KTM (Kartu Tanda Muhammadiyah), orang2 pun melabelkan aku Muhammadiyah karena kegiatan di sekolah tidak pernah membaca Yasin.
Setelah itu, aku membuka laptop dan menghubungkan dengan modem. Aku buka facebook, setelah berkomentar dan membalas pesan. Kucoba membaca lebih detail mengenai status teman-teman. Hampir kebanyakan sebuah keluhan. Itu masih wajar tapi banyak juga yang keluhan karena tidak suka dengan perlakuan orang, bahkan dengan makian dan kalimat yang menyakitkan. Aku membayangkan jika orang yang dimaksud membaca, tentulah akan muncul reaksi. Dan kemungkinan justru memperburuk hubungan bukan malah tambah baik. Kelemahan lain facebook adalah terbatas ruang, sehingga yang ada banyak muncul distorsi dan alhasil lebih banyak miskomunikasi.
Sebenarnya sah-sah saja menyampaikan pendapat dan dijamin oleh undang-undang tetapi kalau mengganggu hajat hidup orang banyak, kiranya perlu direnungkan lagi. Itu yang pertama, memperburuk hubungan/silaturahmi dengan orang yang sedang bermasalah. Nah lho belum tahu dampak kalau kita memutus tali silaturahmi itu apa, usianya dikurangi, sakit-sakitan, rezeki dikurangi, nikmat hidup dikurangi. Ini info kudapat waktu acara halalbihalal and Pak Kyai ga bilang dalilnye.
Kemudian kedua, mempengaruhi orang lain berlaku negatif. Nah, mengenai ini sepertinya aku juga terpengaruh, mau ga mau tulisan ini bisa jadi sebuah keluhan.hehhehe tapi kan ga komen di Facebook. Orang yang membaca bisa terpengaruh memberikan label buruk terhadap orang yang dimaksud di FB atau malah memberi label buruk terhadap orang yang komen di FB. Itu namanya mengajak keburukan berjamaah.keren.Tapi di sisi lain kasihan juga kalau setelah memaki di facebook terus wafat atau orang yang dijelek2kan di facebook ternyata tidak benar. Itu sepanjang hayat tetap tersimpan. Dan dosanya tetap ada dan pengaruhnya tetap ada sepanjang dunia ini hidup tepatnya sampai facebook kelak ditutup. Ngeri. Contoh konkretnya, si A curhat tentang perlakuan tidak menyenangkan B terhadap A di FB plus bonus makian dan embel2 lainnya. Setelah lambat laun berangsur-angsurnya waktu ternyata dugaan A terhadap B tidak benar, jarang banget kan terus si A bikin ralat tentang komennya di FB terhadap B. Cerita lain bisa juga si A wafat  padahal  kenyataannya si B tidak seperti itu. Di akhirat ga bisa jawab deh, nti jangan2 dituduh menfitnah. Bisa juga si B punya FB dan berganti memaki A, kan tambah seru n tambah2an dosa deh…Setan tertawa girang…horay, manusia gampang banget diadu domba…
Kemudian yang ketiga, kalau ada yang terpengaruh misal C terpengaruh atas komen A dan ikut membenci B. Barangkali tipe C ini tipe seiya sekata mau jelek bagus teman diambil, teman nyemplung sumur juga ikutan. Itu juga sama aja berdosa berjamaah. Sebenarnya cara yang paling aman adalah dengan menutup FB seperti temanku. Tapi di sisi lain kalau niatnya bagus, Fb bisa ajang silaturahmi dan menyebar benih kebaikan. Lagi-lagi  Inna amalu binniat. Atau alternatif lain ya lewat blog yang tidak dibatasi ruang, bisa berpendapat dan macam2nya. Anggotanya pun terbatas, tulisan bisa diedit dan dihapus dang a semua orang tahu karean anggotanya terbatas. Semoga kita bukan termasuk orang yang demikian. Bukan karena kita bangga dengan usia kita. Bukan kita bangga dengan hi-technya kita, pendidikan kita atau apapun hal yang bersifat duniawi tapi lagi2  UUA( ujung-ujungnya akhirat).
Mari kita sama-sama belajar membuat status yang sopan tanpa melukai orang lain, syukur2 malah membahagiakan orang lain. Jika kita membahagiakan orang lain, Insya Allah orang lain akan membahagiakan kita juga. Amin. Sapa sing nandur, ngunduh. Siapa menanam akan memanen. Mungkin secara tidak langsung. Misal kita memberi sesuatu kepada tetangga kita yang dibawah kita secara ekonomi. Tentu kita tidak berharap mendapatkan sesuatu dari tetangga kita apalagi mendapatkan sesuatu yang kita berikan kepada dia. Tentu ada orang lain yang memberikan pada kita, padahal mungkin kita belum sempat memberi. Itulah yang dimaksud dari kalimat tadi. Misal, kita (A) pernah mempermalukan orang lain misal B di depan umum. Bisa jadi B tidak membalas tapi mungkin akan ada di suatu saat  orang lain (C) mempermalukan kita (A) atau keluarga kita. Naudzubillah. Berbuat baiklah kepada semua orang. 

Pondok cabe, Medio Maret 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio