Konsisten Butuh latihan



Terdengar bunyi telepon, telepon dari ibuku (budhe). Begitulah ibuku, tiap minggu meneleponku, menanyakan tentang kabar, menanyakan soal makanan, soal sholat dan ibadah lain. Pernah suatu kali, masku, anak bungsu ibu, menegur tindakan ibu. “ Ibu,ade sudak besar, jangan terlalu mengkhawatirkan, nanti dia jadi tidak dewasa”, begitu kata mas. Ibu menanggapi dan berpendapat bahwa aku adalah tanggung jawab ibu dan bapak. Kelak, bapak ibulah yang akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan aku, baru setelah itu saudara2nya. Jadi wajar kalau ibu bertindak lebih dari pada tindakan masku.
Rasa sayang mereka terhadapku sudah tidak diragukan lagi. Bapak ibu menganggapku seperti anak kandungnya. Mas2ku dan mbak2ku juga tak pernah membedakan. Rasa kasih sayangnya tampak ketika dari dulu ibu selalu rutin mengingatkan aku. Awal2 aku kuliah ibu selalu mengingatkan untuk sholat dhuha. Setelah rutin, ibu mulai mengingatkan aku untuk puasa senin-kamis. Dan hal yang sering membuat ibu marah adalah sulit membangunkan aku untuk tahajud. Ya begitu sulit merutinkan ibadah satu ini, dalam seminggu pasti ada malam yang bolong, alias bablas sampai pagi.hiks, hiks. 

Ketika berita tomcat sampai ke Tangerang. Ibu sudah heboh mengingatkan aku agar menjaga kesehatan, pola makan, menjaga kebersihan lingkungan, memasang hit elektrik dll. Selain itu, ibu menyuruh untuk sholat tahajud, agar minta diberikan kesehatan dan dijauhkan dari mara bahaya dan sakit. Ibu khawatir kalau aku sakit karena tidak ada yang merawat. Kekhawatiran ibu lebih karena dulu waktu kuliah, aku in the kost sehingga masih ada teman yang dititipi, sekarang aku mengontrak, akan sungkan kalau merepotkan tetangga. Lagi pula, ibu sudah hafal watak aku yang tidak suka merepotkan kakak2ku.
Hal itulah yang kadang membuat ibuku ekstra khawatir terhadapku. Ibu berpendapat aku masih tanggung jawabnya sampai aku menikah. Setelah wanita menikah, menjadi tanggung jawab suami. Karena aku belum bersuami wajar kalau ibu khawatir. Saking khawatir aku kelaparan, setiap aku pulang, ibu selalu menawari aku membawa beras dll, karena ibu tak punya uang untuk diberikan. Kadang aku meledek, “Ibu, aku disuruh kuliah, apa disuruh jualan beras sih bu, heheh”.Sampai sekarang, ibu juga kadang mengirimkan paket kepada anak2nya di Jakarta, mulai beras, lanting, gula, makanan khas kebumen dll. Begitulah ibu. Ketika anak sudah berkeluarga, ibu tidak lagi mencampuri urusan rumah tangga anak2nya. Tetapi kalau belum menikah, ibu tidak akan pernah bosan mengingatkan untuk melakukan hal2 baik. Ketika ingin konsisten atau istiqomah dalam kebaikan perlu sebuah latihan dan proses. Begitulah pesan ibu. Ketika kita melihat orang lain sukses melakukan hal yang baik, bukan tujuannya yang dilihat tetapi pelajari proses,strategi dan waktu yang diperlukan. Tiru, amati dan lakukan yang terbaik.

Pondok Cabe, April 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

IELTS

Tes Bahasa Hingga Akademik

Review Kantong Asi Untuk Si Ade Zio